PENDAMPINGAN DAN KEWASPADAAN ORANG TUA TERHADAP ANCAMAN LGBT YANG SEMAKIN LUAS
JI-Bandung. Komite Sekolah SMP Daarut Tauhid Boarding School, Bandung, Jawa Barat mengundang Kak Sinyo Egie yang juga konselor dan pendiri Peduli Sahabat dengan mengangkat tema sekolah inspirasi yaitu “Menyelamatkan remaja dari bahaya LGBT dengan pendampingan yang tepat” tanggal 29 Oktober 2023 yang dilakukan melalui zoom meeting.
Menurut Sinyo Egie (Konselor dan Founder Peduli Sahabat/S1 di Bahasa Perancis IKIP Yogyakarta/Guru/dosen e commerce/aktif sebagai penulis dan pembicara seminar dll) mengatakan, berbicara seks ada 3 kategori yaitu tindakan, orientasi dan identitas seks. Tindakan adalah perilaku seks dengan 6 pola, kalau orientasi adalah hasrat seks dan identitas seks atau bagaimana orang berpikiran mengenai dirinya sendiri dalam kaitan seksualnya atau pengakuan diri atas kecenderungan perilaku seksnya, dimana identitas seks ini yang menyebabkan adanya LGBT.
Menurutnya, menurut pengetahuan psikologi lama, orientasi seks ada 4 jenis yaitu hetero seksual, homo seksual, biseksual dan aseksual atau tidak mempunyai atau sangat sedikit hasrat seks, penderitanya paling banyak perempuan, karena kurang lebih 1% perempuan di dunia mengidapnya.
Tidak ada penyimpangan seks karena disebabkan keturunan. Faktor psikologis, pendidikan dan lingkungan mempengaruhi orientasi seks. Menurut Islam, ada bisikan hati berdasarkan hadiitsun nafs, semestinya orientasi seks ada di hadiitsun nafs. Orientasi seks tidak dapat dirubah seenaknya.
Sedangkan tindakan seks menurut Iptek tergantung norma yang ingin dipakai. Thailand paling banyak pernikahan sesama jenis. Menurut Islam, keinginan, niat dan azimah serta tindakan.
Ada 6 pola hubungan seks sesama jenis ujar Sinyo Egie yaitu pola pertama, pendidikan seks di keluarganya keliru, sering terjadi KDRT atau keluarga tidak harmonis. Peran bapak dan ibu yang tidak seimbang, berpotensi anak suka sesama jenis. Pola kedua, karena adanya gangguan biologis. Pola ketiga, lewat media (kebanyakan dialami laki-laki). Laki-laki kalau stres larinya ke makan/minum, Narkoba dan seks. Kalau seks, maka bisa berubah bentuk orientasi seksnya. Perempuan bukan karena libidonya, namun karena perasaannya. Perempuan kalau stress ingin bunuh diri, mencari cinta diluar, pornografi dan seks bebas. Pola kelima, telah meninggalkan ajaran dan norma agama.
“Identitas seks. Identitas berkenan dengan UU, norma masyarakat dan kepercayaan invidu. Tahun 1960-an, di AS dan Eropa mulai berkembang LGBT. LGBT adalah identitas seks, bukan orientasi atau tindakan seks,” jelas Sinyo Egie.
Secara agama, LGBT sudah melebihi batas dan melawan aturan Allah SWT. Yang harus dibantu adalah penderita hetero seksual. Konsep LGBT adalah liberalisme atau bebas dari agama. Akibatnya gender menjadi tidak jelas. Berbicara gender di luar negeri dapat dikriminalisasi. Anak-anak yang dilarang memilih jenis kelamin di AS dan Eropa/Inggris, maka anak menjadi milik negara.
Menurutnya, negara yang menolak LGBT adalah Brunei Darussalam sejak 2012, akhirnya ditarik lagi larangan LGBT karena hotelnya di AS di blacklist kaum LGBT. Negara yang menolak Qatar, Rusia dan Tiongkok. Jokowi menolak LGBT, namun masih bingung sikapnya jika terlalu keras, sehingga tidak jelas. Pemda Sumbar dan Sulsel melalui Perda adat.
“Keluarga harus menumbuhkan imunitas terhadap LGBT kepada anak-anaknya. Sekarang ini, gap anak dan ortu terlalu jauh. Masalah kejahatan seksual, maka RT/RW bingung menanganinya, karena tidak ada SOPnya,” tegasnya seraya menambahkan, upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan sosial seperti LGBT tidak optimal, karena belum menjadi isu seksi untuk diprioritaskan.
Sinyo Egie mengingatkan kepada peserta sekolah inspirasi bahwa jika ada pola atau tindakan yang tidak wajar, maka ada potensi LGBT sehingga harus diwaspadai. Anak lelaki kok tidak pernah mimpi basah, biasanya mandi sebentar menjadi lama, pegang HP yang tiba-tiba ditutupi. Pola yang berbeda atau berubah, maka harus diikuti. Di boarding, misalnya ada mushrif yang memberikan perhatian berlebihan ke salah satu santri maka harus diselidiki.
Materi sekolah inspirasi bulan Oktober 2023 sangat krusial dan memiliki urgensi yang tinggi setidaknya karena beberapa hal antara lain :
- Gerakan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) sudah ‘menjajah’ hampir seluruh provinsi di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan pada 2012 menunjukkan bahwa terdapat 1.095.970 Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay yang tersebar di semua daerah. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah LSL terbanyak. Sebanyak 300.198 orang yang terindikasi merupakan gay. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.895 orang merupakan penderita HIV/AIDS. Sementara itu, Jawa Tengah memiliki penderita gay dengan jumlah 218.227. Dari jumlah itu, sebanyak 11.951 orang terindikasi merupakan penderita HIV/AIDS. Sementara di DKI Jakarta, sebanyak 27.706 warga ibu kota merupakan gay dan sebanyak 5.550 orang diduga menderita HIV/AIDS. Dalam perkembangan terakhirnya, di Jurnal Kewarganegaraan Volume 18, Nomor 2 (2021) memaparkan data peningkatan kelompok LGBT di Indonesia. Khususnya, kalangan gay di daerah perkotaan seperti Bali, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.
- Dari laman Statista, Rabu (24/5/2023), sebuah survei global yang dilakukan pada 2021 di 27 negara mengungkap bahwa hanya 70 persen responden yang tertarik secara seksual kepada lawan jenis. Sekitar tiga persen responden menyatakan diri dengan tegas bahwa mereka adalah homoseksual, baik itu gay atau lesbian. Sejumlah empat persen mengaku sebagai biseksual, sedangkan satu persen mengaku sebagai panseksual atau omniseksual. Panseksualitas menggambarkan orang yang merasa tertarik pada orang lain, terlepas dari jenis kelamin biologis, gender, atau identitas gendernya. Berbeda dengan omniseksualitas mengacu pada ketertarikan pada semua identitas gender dan orientasi seksual.
- Rusia dan Hungaria menjadi dua negara dengan responden heteroseksual terbanyak. Sebaliknya, berdasarkan survei itu, persentase responden homoseksual terbesar berasal dari Australia, Inggris Raya, Belgia, dan Belanda. Di negara-negara tersebut, antara delapan dan sembilan persen orang yang diwawancarai hanya tertarik pada jenis kelamin yang sama.
- Menjadi homoseksual dianggap sebagai kejahatan di sekitar 71 negara di dunia. Sebagian besar negara tersebut terletak di Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Ada kemungkinan penerapan hukuman mati di 11 negara untuk aktivitas seksual sesama jenis.