Kritikan terhadap Anies Baswedan belum tentu merugikannya

Kritikan terhadap Anies Baswedan belum tentu merugikannya

JI-Jakarta. Dosen FISIP Universitas Indonesia (UI) Ade Armando mengatakan, dirinya menyayangkan sikap pegiat media sosial yang mengklaim seorang dokter, yakni dr Tifauzia Tyassum yang mengecam kenapa Anies Baswedan tidak mewajibkan putrinya, Mutiara Annisa Baswedan mengenakan jilbab saat melangsungkan akad nikah. Menurutnya, dr Tifa ini menganggap pemilihan presiden ditentukan oleh jilbab, jadi setidaknya anak seorang capres bukan karena integritas dan kompetensinya tapi oleh jilbab putrinya. Selama ini Mutiara adalah gadis baik-baik dengan gaya berpakaian yang sangat sopan dan tidak mencolok serta gadis cantik tetap menjaga norma.

Sebelumnya, dr Tifa meminta agar Anies Baswedan memberikan masukan ke putrinya, Mutiara Annisa Baswedan agar memakai jilbab demi mendapat dukungan dari kaum muslimin di Pilpres 2024. “Dear @aniesbaswedan, Utk 2024, cuma kurang 1 langkahmu. Putrimu, Tia, pakaikanlah Jilbab. InsyaAllah 85% suara Muslim, dlm genggamanmu. Dg cara sgt sederhana ini, dirimu paripurna. Sekaligus membebaskan umat Muslim dr pembenaran atas ketidakbenaran yg dilakukan Idolanya,” cuit dr Tifa di akun twitternya.

Sementara, salah satu lembaga survei dalam hasil surveinya yang diadakan tanggal 22-27 Juli 2022 dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka menghasilkan elektabilitas Partai Nasdem disebut menurun akibat mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menjadi calon presiden. Elektabilitas Partai Nasdem turun menjadi 2,1% dibandingkan survei April 2022, memiliki elektabilitas mencapai 4,0%.

Di tempat terpisah, Pengamat Politik Rocky Gerung mengatakan, melihat fenomena mantan petinggi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sunny Tanuwidjaya menyatakan mendukung Anies Baswedan ada dua pendekatan yakni Push Factor (Faktor Pendorong) dan Pull Factor (Faktor Penarik). Faktor pull (penarik) sudah tentu akan terlebih sosok Anies dengan segala macam rekam jejak kinerjanya membuat banyak pihak tertarik untuk bekerja sama yang menjadi salah satu alasan Surya Tjandra yang mengaku selama menjadi Wamen Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) melihat bagaimana kinerja Anies memuaskan. Sementara “segudang masalah” PSI sebagai Parpol mengungkapkan bahwa faktor yang mendorong Surya Tjandra keluar dari apa yang selama ini PSI percaya lebih kuat.

Sedangkan, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Solidaritas Indonesia atau PSI DKI Jakarta Michael Victor Sianipar mengatakan, pernyataan Surya Tjandra mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024 sudah melalui perenungan. Surya Tjandra merupakan lulusan S3 Hukum di salah satu universitas terbaik di Belanda. Surya juga disebut sebagai tokoh Tionghoa dan akademisi yang mempunyai reputasi kuat sebagai aktivis buruh. Integritas dan konsistensinya tidak diragukan lagi dan merupakan salah satu satu kader terbaik yang PSI miliki.

Sebelumnya mantan Wakil Menteri ATR/BPN, Surya Tjandra menyatakan Gubernur DKI Anies Baswedan merupakan sosok yang cocok sebagai calon presiden 2024 meneruskan program Presiden Joko Widodo atau Jokowi, utamanya soal reformasi agraria.

Hasil survei memang dapat dijadikan untuk berbagai tujuan politis maupun non politis, apalagi yang memiliki saingan politik cukup banyak akibat memiliki elektabilitas politik yang cukup tinggi seperti Anies Baswedan menjadi lumrah jika menjadi “sasaran survei”. Hasil survei terkait capres dalam Pilpres 2024 sebenarnya ditujukan untuk memberikan warning kepada Parpol lainnya agar tidak mendukung figur-figur yang dalam perspektif hasil survei kurang layak didukung. Namun, bagi figur politik semacam Anies Baswedan, sudah menjadi risiko politik dikritik dan dicaci baik sebagai pejabat publik ataupun salah satu tokoh yang digadang-gadang akan maju dalam Pilpres 2024 mendatang, namun sejatinya kritikan kurang mendasar terhadap Anies Baswedan ataupun figur politik tertentu belum tentu merugikannya, karena kedewasaan politik dan literasi rakyat Indonesia semakin baik, kritikan tertentu melalui media sosial dapat dikenakan pasal UU ITE karena misalnya “mengobarkan” sinisme terhadap komunitas etnis tertentu.

Menghadapi popularitas Anies Baswedan yang sering menimbulkan pro dan kontra dari berbagai manuver dan pernyataan terbukanya, seharusnya jajaran Parpol hendaklah bersikap wajar dan tidak mengkritisi “asal sekenanya” karena akan merugikannya apalagi jika sampai dicap banyak kalangan sebagai “truly Anies’s haters atau pembenci sejati Anies” ataupun cap-cap lainnya maka malah berdampak merobek soliditas internal parpol tersebut bahkan merepotkan mereka untuk meraih suara di Jakarta khususnya dari basis massa pendukung Anies Baswedan.

Seharusnya, menghadapi Anies Baswedan sebaiknya dibiarkan saja karena popularitas Anies Baswedan diperkirakan akan meredup sendirinya dengan berakhirnya masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, bahkan jika Anies Baswedan misalnya melakukan blunder politik atau tidak ada parpol yang mau menjadikan “kendaraan politiknya”, karena untuk maju dari jalur independen dan kemudian memenangkan Pilkada, Pemilu atau Pilpres ditengah iklim politik saat ini tampaknya masih harapan, cita-cita, utopia atau mimpi dan “jauh api dari panggangnya” (Red).

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent