Kunci Persaingan Bisnis: Teknologi, Inovasi dan Intelijen
Belum lama ini PT Modern Internasional Tbk mengumumkan penutupan seluruh gerai 7-Eleven (Sevel) di Indonesia. Alasan penutupan gerai 7-Eleven tersebut adalah besarnya biaya operasional. Tidak lama setelah kabar gulung tikar 7-Eleven tersebut, pada akhir Agustus 2017 dunia bisnis di Indonesia menerima kabar bahwa PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk akan menutup delapan gerainya. Surutnya Ramayana dikabarkan karena supermarket tersebut merugi.
Redupnya 7-Eleven, yang secara resmi diumumkan karena biaya operasional yang tinggi dipicu oleh beberapa hal. Bisnis 7-Eleven yang menggaet segmen anak muda ini menjadi tempat nongkrong namun sedikit yang membeli produk alias nongkrong tanpa jajan. Pelemahan 7-Eleven juga terjadi saat minuman keras dilarang untuk diperjualbelikan di supermarket.
Ramayana kehilangan pasar ketika jual beli secara online mulai marak. Mudahnya konsumen untuk memilih dan membeli barang hanya dengan menggunakan perangkat telepon selularnya secara langsung menggerus jual beli konvensional. Pembeli zaman sekarang memilih membeli barang secara online dari rumah atau kantor dan pergi ke pusat perbelanjaan untuk nongkrong. Ramayana kehilangan daya tarik konsumennya karena tidak mengakomodasi kebutuhan konsumen untuk tempat nongkrong.
Dua contoh diatas adalah bagaimana faktor eksternal entitas bisnis yang mempunyai kompleksitas sangat tinggi tidak diimbangi dengan inovasi bisnis yang cepat dan tepat. Stabilitas internal yang pernah dialami sebagai masa kejayaan tidak mampu menjawab tuntutan zaman dan kompleksitas faktor lingkungan.
Teknologi dan Inovasi
Teknologi berkembang sangat pesat. Model-model konvensional, seperti sistem jual beli manual, kehilangan daya taril Sistem jual beli dan transaksi online yang lebih cepat, lintas batas, dan praktis menjadi jawaban bagi kebutuhan masa kini. Kesibukan generasi muda yang luar biasa dengan dinamika yang tinggi sangat diuntungkan dengan teknologi yang mampu menjawab kebutuhan aktivitas yang praktis. Tidak hanya sistem jual beli, bahkan jasa tranportasi berkembang menggunakan sistem online. Jasa transportasi konvensional seperti ojeg pangkalan, bajay, angkutan kota mulai ditinggalkan. Generasi masa kini lebih nyaman dan menyukai jasa tranportasi online yang lebih praktis dan pasti perhitungan tarifnya.
Berkembangnya teknologi dengan sangat pesat ini tentu tidak boleh dianggap sebagai suatu ancaman yang harus dihindari bahkan dijadikan momok yang menakutkan. Teknologi harus digunakan sebagai alat untuk melakukan inovasi. Organisasi bisnis harus melakukan inovasi karena salah satu cara organisasi bisnis menanggapi situasi eksternal yang kompleks dan tidak stabil adalah melakukan inovasi. Organisasi bisnis yang terlena karena berada pada zona nyaman lambat laun akan ditinggalkan pasar yang terus bergerak cepat.
Salah satu contoh korporasi yang sukses melakukan inovasi adalah Astra Grup, korporasi yang sudah berusia lebih dari 60 tahun bertahan dengan tujuh lini bisnis yang sangat kompleks. Astra melakukan inovasi sudah sejak lama. Sejak tahun 1980 hingga tahun 2017, Astra sudah melakukan inovasi dengan jumlah 7.390.385 proyek. Inovasi ini tidak hanya dilakukan oleh karyawan pada tataran teknis, tetapi pada semua lini, termasuk security. Budaya inovasi inilah yang membawa Astra Group tetap sukses berkembang melampui usia 60 tahun.
Persaingan bisa dimenangkan jika organisasi bisnis melakukan inovasi, melakukan sesuatu yang baru sebagai langkah solusi atas permasalahan yang ada sekaligus melakukan efisiensi. Contoh-contoh hal baru yang dilakukan untuk memenangkan persaingan bisnis adalah yang dilakukan binis ekspedisi. Salah satu organisasi bisnis penyedia layanan ekspedisi melakukan terobosan dengan layanan pengambilan paket. Hal ini adalah sebuah inovasi yang sangat dibutuhkan oleh konsumen. Jasa ekspedisi ini jika tidak melakukan terobosan hal baru tersebut tidak akan mampu melawan kompetitor yang sudah mempunyai nama, apalagi melawan kompetitor dengan status BUMN.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha dengan hak monopoli tidak boleh terlena dan merasa aman, terutama BUMN yang memonopoli sektor tertentu. PT Kereta Api Indonesia adalah contoh BUMN dengan hak monopoli pengelolaan jasa transportasi kereta api, namun sukses melakukan perubahan termasuk melakukan inovasi. Layanan kereta api yang sebelumnya penuh kerumitan sekarang menjadi jauh lebih baik. Pemumpang kereta api dapat memperoleh tiket secara online melalui beberapa cara. Tidak ada lagi calo yang menjual tiket, jadwal perjalanan lebih pasti, pelayanan dan fasilitasnya juga lebih baik. Padahal tanpa perubahan, tanpa inovasi, PT KAI tetap bisa bertahan karena mempunyai hak monopoli mengelola jasa transportasi kereta api. Jika suatu saat nanti monopoli jasa transportasi kereta api tidak berlaku lagi, sektor swasta diperbolehkan ikut mengelola layanan kereta api, maka PT KAI sudah siap untuk bersaing dengan para kompetitornya.
Intelijen Kompetitif
Salah satu cara untuk mengetahui kompleksitas faktor ekternal dan tingkat stabilitas internal adalah dengan menggunakan intelijen kompetitif. Intelijen sudah berkembang bukan hanya milik aparat bersenjata atau penegak hukum, tetapi sudah menjadi milik berbagai pihak. Intelijen yang berkembang tidak hanya menjadi suatu kegiatan atau organisasi tetapi juga menjadi ilmu pengetahuan.
Cara-cara intelijen sebagai alat untuk melakukan deteksi dini dan cegah dini atas ancaman jika diterapkan dengan tepat dapat membantu organisasi bisnis untuk menghadapi persaingan. Ancaman dari para kompetitor dapat dideteksi dan dicegah, atau dihadapi dengan terlebih dahulu melakukan prediksi. Membangun skenario dan menyiapkan rencana tanggap strateginya.
Intelijen kompetitif juga bisa menjadi alat untuk mencegah dan menghadapi gangguan-gangguan bisnis, mengingat faktor yang mempengaruhi bisnis tidak hanya persaingan tetapi juga faktor lingkungan. Organisasi bisnis dengan tingkat kompleksitas tinggi seperti pertambangan, energi, perkebunan, manufaktur, infrastruktur dan bidang lain sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya yang sulit untuk dikendalikan secara penuh. Faktor lingkungan yang berpengaruh kuat terhadap bisnis-bisnis di atas seperti lahan, lingkungan dan masyarakat (sumber tenaga kerja), sering kali justru lebih berpengaruh daripada faktor internal seperti modal dan produksi.
Faktor lingkungan yang sangat kompleks tersebut dapat dikelola jika organisasi bisnis mampu menggunakan konsep intelijen kompetitif untuk mendeteksi dini, mencegah dini, dan mengelola ancaman bisnis tersebut, tanpa mengganggu proses inti bisnis yang sedang berjalan. Persoalan yang terjadi karena faktor lingkungan jika dikelola oleh organ-organ reguler perusahaan akan menganggu proses inti bisnis, namun jika dikelola dengan metode intelijen bisnis, yang bekerja secara cerdas, undercover, cepat dan tepat, akan dapat diatasi tanpa menimbulkan gejolak sekaligus memastikan bahwa kegiatan usaha tetap jalan.
Kondisi Terburuk
Perkembangan jaman yang berubah dengan cepat tidak bisa ditanggapi dengan santai dan tenang-tenang di zona nyaman. Dinamika manusia berubah dengan cepat, teknologi berkembang dengan pesat, perilaku manusia tentu juga akan berubah. Jika organisasi bisnis tidak mau mengembangkan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman, maka bisnis tersebut tinggal menunggu waktu untuk mati dan terkubur.
Persaingan bisnis semakin kejam. Organisasi bisnis yang tidak siap dengan perubahan pelan-pelan akan mati. Budaya organisasi yang tidak mau berubah dan memilih diam pada zona nyaman akan menciptakan kondisi bunuh diri. Namun jika organisasi bisnis mau berubah mengikuti perkembangan zaman, melakukan updating teknologi, berinovasi, dan mengembangkan intelijen kompetitif untuk menjawab tantangan, maka organisasi tersebut diperkirakan akan mampu bertahan dan tetap berkembang.
Seandainya situasi terburuk terjadi, bahwa bidang bisnis tersebut akan mati dan ditinggalkan pasar, minimal organisasi yang sudah melakukan inovasi akan mati terakhir kali.
*) STANISLAUS RIYANTA, praktisi intelijen bisnis, Mahasiswa Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia