Gonjang ganjing kesepakatan ekspor gandum Rusia dan Ukraina : Krisis pangan akan berkepanjangan
JI-Kyiv. Dalam kesepakatan gandum, Ukraina mengatakan hanya akan menandatangani perjanjian dengan Turki dan PBB untuk melanjutkan ekspor gandum. Ini dilaporkan tidak termasuk kesepakatan langsung dengan Rusia.
“Ukraina tidak menandatangani dokumen apa pun dengan Rusia. Kami akan menandatangani perjanjian dengan Turki dan PBB,” tulis pembantu presiden Mykhaylo Podolyak di Twitter dikutip AFP, menambahkan Rusia akan menandatangani perjanjian secara terpisah.
Podolyak bersumpah Ukraina akan menanggapi secara militer terkait provokasi apa pun dari Rusia. Ia mengatakan kapal dan perwakilan Moskow tidak akan diizinkan di pelabuhan Ukraina yang digunakan untuk ekspor biji-bijian.
Menurut Podolyak, setiap inspeksi kapal kargo yang diperlukan akan dilakukan oleh kelompok gabungan di perairan Turki.
Delegasi dari Ukraina berada di Istanbul untuk menandatangani kesepakatan membuka blokir jutaan ton biji-bijian yang terjebak di pelabuhan Ukraina sejak serangan Rusia pada 24 Februari lalu.
“Delegasi negara yang dipimpin oleh Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov tiba di Istanbul untuk negosiasi penyelesaian masalah gandum,” kata kementerian infrastruktur Ukraina di Telegram, yang juga memposting foto pertemuan delegasi dengan Sekjen PBB Antonio Guterres.
“Sekretaris Jenderal sekali lagi menyatakan dukungannya untuk membuka blokir pelabuhan Ukraina dan meyakinkan bahwa keamanan adalah prioritas yang tak terbantahkan bagi PBB,” kata kementerian itu.
Rusia telah memblokir hingga 25 juta ton gandum dan biji-bijian lainnya di pelabuhan Ukraina. Pemblokiran ekspor telah memicu lonjakan harga pangan global dan menimbulkan kekhawatiran kelaparan, terutama di negara-negara termiskin di dunia.
Penandatangan kesepakatan sendiri digelar di Istana Dolmabahce Istanbul, Selat Bosphorus di Turki. Juru bicara Presiden Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, mentweet bahwa perjanjian itu akan ditandatangani di Istanbul di bawah naungan pemimpin Turki, Guterres dan delegasi Ukraina dan Rusia.
Turki mengungkapkan Ukraina dan Rusia telah
mencapai kesepakatan untuk membuka kembali pelabuhan Laut Hitam Ukraina dan
melepaskan ekspor gandum Ukraina. Keduanya akan menandatangani kesepakatan itu
di Istanmbul, Turki. Setelah hampir dua bulan negosiasi yang alot, pejabat
Ukraina dan Rusia diperkirakan akan menandatangani kesepakatan pelabuhan Laut
Hitam pada sebuah upacara di Istana Dolmabahce Istanbul di hadapan Sekretaris
Jenderal PBB Antonio Guterres. Ini menandai kesepakatan besar pertama antara
pihak-pihak yang bertikai sejak invasi Rusia ke negara tetangganya itu pada
Februari lalu dan terjadi ketika harga pangan global melonjak serta orang-orang
di beberapa negara termiskin di dunia menghadapi kelaparan. Pembicaraan
langsung pertama antara delegasi militer pihak yang bertikai sejak Maret, yang
dihadiri di Istanbul pekan lalu oleh pejabat Turki dan PBB, menghasilkan
rancangan awal untuk menyelesaikan kebuntuan. Kedua pihak seharusnya bertemu
lagi minggu ini untuk kemungkinan penandatanganan kesepakatan formal. Namun,pada
hari Selasa, Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menggagalkan
pembicaraan dengan memperingatkan bahwa ia mengharapkan kesepakatan apapun juga
untuk mengatasi ekspor biji-bijian yang diblokir negaranya sendiri. Menteri
Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga tertutup tentang kemungkinan kesepakatan
yang dicapai, mengklaim bahwa pihak berwenang di Kiev menghalangi pembicaraan.
Perang lima bulan sedang terjadi di salah satu wilayah paling subur di Eropa
oleh dua produsen biji-bijian terbesar di dunia. Hampir semua biji-bijian
biasanya dikirim ke luar wilayah melintasi Laut Hitam. Menteri Luar Negeri
Turki Mevlut Cavusoglu pada hari Kamis mengakui kekhawatiran Putin.
Turki telah menikmati hubungan kerja yang baik
dengan Moskow dan Kiev selama konflik. Seorang anggota delegasi Kiev untuk
negosiasi mengatakan pengiriman dapat dilanjutkan dari tiga pelabuhan di bawah
kendali penuh Ukraina. “Ekspor akan dilakukan melalui tiga pelabuhan:
Odesa, Pivdennyi dan Chornomorsk. Namun di masa depan kami berharap kami dapat
memperluasnya,” kata anggota parlemen Ukraina Rustem Umerov kepada
wartawan. Dia menambahkan bahwa keamanan pengiriman akan diawasi oleh
kelompok pemantau PBB yang berbasis di Istanbul. Umerov juga mengatakan bahwa
kapal Rusia tidak boleh diizinkan masuk ke perairan Ukraina sebagai bagian dari
kesepakatan yang diantisipasi. “Kami tidak percaya mereka, bahkan
jika mereka menandatangani perjanjian dengan PBB. Ini adalah negara
agresor,” ujarnya.