KKB ATAU KSTP SEMAKIN MENGGILA DI PAPUA
Foto: KKB (ilustrasi), sumber foto: Kabarnews.id
Kasus pemberontakan di wilayah Papua yang kerap menelan korban erat dengan istilah KKB Papua. KKB merupakan singkatan dari kelompok kriminal bersenjata bagi suatu kelompok di wilayah Papua yang menebar teror baik kepada warga sipil maupun TNI dan Polri.
Melansir laman dpr.go.id, diketahui sebelumnya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua bernama Organisasi Papua Merdeka (OPM). OPM selalu menyuarakan soal referendum agar Papua bisa merdeka dan berdiri sendiri.
Lantas pemerintah berinisiatif untuk membentuk Otonomi Khusus (Otsus) bagi Papua dengan anggaran besar. Nyatanya anggaran ini hanya dinikmati oleh kaum elit dan tidak terserap ke masyarakat.
Hal ini memunculkan gerakan perlawanan yang lebih masif dengan melakukan berbagai kegiatan kriminal. Perubahan istilah OPM ke KKB tersebut juga dimaksudkan untuk mengubah paradigma penanganan kaum separatis di Papua. Bila ada salah satu kelompok KKB Papua ini tertangkap maka mereka akan ditahan karena alasan kriminalitas. Walau begitu, OPM berbeda dengan KKB Papua di mana saat ini teror disebarkan dengan berbekal persenjataan lengkap dan mutakhir sehingga lebih sulit dikendalikan.
Melansir laman kemhan.go.id, Menteri Pertahanan RI di Kabinet Kerja, Ryamizard Ryacudu usai menghadiri ceramah bela negara di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (15/03/19) pernah mengungkap tujuan KKB Papua. Menurutnya KKB Papua adalah kelompok yang ingin Papua melepaskan diri dari NKRI. Oleh karena itu, menurutnya kelompok tersebut sudah bisa disebut sebagai gerakan separatis. “KKB sudah menjadi kelompok separatis yang mengancam keutuhan negara,” tegas Menhan saat itu.
Melansir laman Kompas.com (11/08/2021), Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) beraksi di kawasan pegunungan di Papua. Beberapa kabupaten yang hingga kini masih rawan dari aksi KKB Papua adalah Puncak, Yahukimo, Nduga dan Intan Jaya. Sementara ada lima kelompok besar KKB Papua yang telah dipetakan dengan para pemimpinnya bernama Lekagak Telenggen, Egianus Kogoya, Jhony Botak, Demianus Magai Yogi, dan Sabinus Waker. Dari kelima kelompok tersebut, dua diantaranya disebut KKB paling berbahaya di Papua yaitu Lekagak Telenggen dan Egianus Kogoya.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) hingga saat ini masih menjadi momok tersendiri bagi masyarakat Papua. Baru-baru ini, tiga anggota TNI gugur diserang KKB di Kabupaten Puncak, Papua, tepatnya pada hari Kamis (27/1/2022). Seperti apa sejarah KKB Papua?
Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) XVII Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga mengatakan, bahwa selain membuat gugur personel tentara, serangan bersenjata yang dilakukan oleh kelompok separatisme itu juga membuat satu personel militer mengalami kritis akibat tembakan.
Secara personel TNI yang gugur, di antaranya adalah Serda Rizal Maulana Arifin (24 tahun), Dantim 2 Pos Koramil Gome. Kemudian ada Pratu Tupel Alomoan Baraza (24), Tabakpan Tim 2 Pos Koramil Gome. Dan Pratu Rahman Tomilawa (24), Tapakban Tim 3 Pos Koramil Gome.
Dikutip dari beberapa sumber, diketahui bahwa kelompok tersebut adalah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). OPM sendiri adalah istilah umum bagi gerakan prokemerdekaan Papua yang dipicu atas sikap pemerintah Indonesia sejak tahun 1963.
Menurut peneliti kajian Papua di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), gerakan prokemerdekaan Papua adalah imbas dari perlakuan tidak adil yang diterima masyarakat Papua dari pemerintah Indonesia yang dianggap represif.
Perlawanan OPM secara bersenjata dilakukan pertama kalinya di Manokrawi pada tanggal 26 Juli 1965. Sedangkan dari laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang berjudul The Current Status of The Papuan Pro-Independence Movement (diterbitkan 24 Agustus 2015) menyebutkan bahwa organisasi ini terdiri dari faksi yang saling bersaing.
Faksi tersebut terdiri dari tiga elemen, yaitu kelompok bersenjata yang masing-masing memiliki kontrol teritori yang berbeda: Timika, dataran tinggi dan pantai utara; kelompok yang melakukan demonstrasi dan protes; dan sekelompok kecil pemimpin yang berbasis di luar negeri (seperti di Pasifik, Eropa dan AS) yang mencoba untuk meningkatkan kesadaran tentang isu Papua dan membangkitkan dukungan internasional untuk kemerdekaan.
Kemudian muncul juga keberadaan KKB atau yang dikenal sebagai Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), yang juga disebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Bersenjata (KSB). Tokoh masyarakat Papua, Michael Menufandu, mengatakan bahwa ada perbedaan antara KKB dengan KSB. Sedangkan istilah KSB sering digunakan oleh TNI.
Sebuah fakta mengejutkan baru saja terkuak terkait semakin brutal kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam melakukan penyerangan terhadap basis-basis dan konsentrasi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) di berbagai tempat di Papua. Ternyata, OPM semakin berani dan gencar menyerang prajurit TNI, karena memiliki persenjataan tempur yang mumpuni untuk sebuah peperangan. Fakta itu terungkap setelah TNI dan Polri melakukan penyelidikan mendalam terkait serangan-serangan yang telah menyebabkan banyak prajurit TNI gugur dan terluka dalam beberapa bulan terakhir.
Dan hasil penyelidikan menguak adanya keterlibatan anggota Brigade Mobile alias Brimob Polri dalam pengayaan persenjataan untuk kelompok separatis OPM. Hal itu diketahui setelah seorang anggota Brimob dengan inisial JH ditangkap di wilayah Nabire, Papua. Tak cuma itu, di tangan anggota Brimob aktif itu ditemukan dua pucuk senjata serbu, yang akan dijual ke kelompok OPM. Pengungkapan fakta tentang senjata ini bukan pekerjaan mudah, hal itu diakui sendiri Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw. Sebab, penjualan senjata dilakukan dengan sangat rapi. Bahkan, anggota Brimob itu bisa membawa senjata melalui penerbangan udara sipil dengan dilengkapi dokumen resmi.
Malah dari penyelidikan sementara, bukan kali ini saja anggota Brimob itu menjual senjata perang untuk OPM, tapi sudah lebih dari lima kali. Dan dikatakan Waterpauw, dilansir kantor berita antara, penyelidikan sementara diduga anggota Brimob itu dijual ke kelompok OPM yang beroperasi di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Papua. “Memang benar tim gabungan berhasil menggagalkan jual-beli senjata api yang melibatkan anggota Brimob, yakni Bripka JH, dan saat ini sudah ditahan di Jayapura,” kata Waterpauw.
Terkait kasus ini, berdasarkan catatan VIVA Militer dari Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III, penyerangan OPM paling gencar memang terjadi di wilayah Intan Jaya. Sejak Mei 2020, sudah 2 prajurit TNI gugur akibat serangan brutal OPM di Intan Jaya, dan empat warga sipil tewas. Berikut catatan penyerangan brutal OPM di Intan Jaya: Penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan COVID-19 yakni Almanek Bagau (luka tembak) dan Heniko Somau (tewas di tempat) pada Jumat 22 Mei 2020 di Distrik Wandai, Intan Jaya; penembakan petani bernama Yunus Sani (tewas) pada Jumat 29 Mei 2020 di Kampung Magataga, Distrik Wandai, Intan Jaya; penembakan warga bernama Laode Zainudin (luka tembak) pada Sabtu 15 Agustus 2020 di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Intan Jaya; penembakan 2 warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Laode Anas (kemudian meninggal dunia) dan Fatur Rahman (luka tembak) pada Senin 14 September di Distrik Sugapa, Intan Jaya.
Selanjutnya, pembunuhan warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Badawi (tewas di tempat) dan penembakan anggota TNI bernama Serka Sahlan (tewas di tempat) pada Kamis 17 September 2020 di Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Intan Jaya; penyerangan Koramil Persiapan Hitadipa, Distrik Sugapa, Intan Jaya pada Sabtu 19 September 2020 yang menewaskan anggota TNI bernama Pratu Dwi Akbar Utomo; penembakan Pendeta Yeremia Zanambani (kemudian meninggal dunia) pada Sabtu sore 19 September 2020 Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Intan Jaya; penembakan Polisi dan transportasi di sekitar Bandara Bilorai, Distrik Sugapa, Intan Jaya pada Jumat 18 September 2020 dan Jumat 25 September 2020.
“Terkait suplai senjata buat KKB atau KSTP masih memerlukan karena bisa jadi mereka dapat senjata yang sama karena ada penyuplai atau hasil rampasan dari personil Brimob yang tewas saat penghadangan,” tambah salah seorang warga di Papua (Red/dari berbagai sumber).