ODIE HUDIYANTO: JK MEMBUANG GARAM KE LAUT
Foto: Sekretaris Umum Federasi Serikat Pekerja Mandiri Indonesia Sektor Hotel, Restoran, Katering, Pariwisata dan Jasa lainnya Odie Hudiyanto/Ist
JK ngapain harus terbang jauh ke Afghanistan cuma untuk cari panggung? JK berhasil terlibat dalam perdamaian di Aceh, Poso atau Ambon karena dia tau medan politik konflik dan mengenal karakter warganya.
Sementara untuk menyelesaian di Afganistan itu sesuatu hal yang berat dan nyaris tidak mungkin dapat diselesaikan. Hal ini disebabkan Afghanistan dibangun dengan budaya kekerasan.
Sangat berbeda dengan Indonesia. Masuknya Islam atau nasrani itu dengan mengikuti kearifan budaya lokal. Sehingga warga sangat mudah untuk diajak dialog dan berdamai. Ini butuh waktu ratusan tahun.
Belakangan JK justru ikut bermain atas maraknya kekerasan dan intoleransi dengan menjual agama sebagai tameng. Sebagai ketua DMI, JK membiarkan masjid dipakai untuk sarana konsolidasi dan penyebaran kebencian, intoleransi dan radikalisme di Indonesia.
Itu mulai nyata dan disengaja ketika pilgub Jakarta tahun 2017. Di sejumlah masjid marak spanduk yang menjual ayat dan mayat. Apa JK berusaha melarang? Tidak sama sekali. Doski justru menikmati.
Jadi jika JK mau jadi sebagai juru runding konflik di Afghanistan itu seperti membuang garam di laut.
Tidak perlu pengakuan dari JK. Tapi statement dia terkait FPI atau Rizieq sudah jelas memperlihatkan dimana posisinya. Beruntung pemerintahan Joko Widodo berani bertindak tegas. Jika dibiarkan maka Indonesia pasti pecah akibat intoleransi dan kekerasan.
Padahal kemerdekaan Indonesia didapatkan melalui perjuangan dengan kebhinnekaan.(Red)