SAINS MODERN MENGANTAR KITA KEMANA
Foto: Andi Naja FP Paraga (Penulis)
Oleh : Andi Naja FP Paraga
Pengantar
Pendidikan harus mempertimbangkan hakikat manusia,karena pendidikan adalah sebuah proses dari penyempurnaan eksistensi manusia secara spritual. Didalam pendidikan terdapat Disiplin Sains yang merupakan alat untuk memudahkan manusia menyelesaikan sejumlah tugas di sepanjang perjalanan hidupnya.
Karena itu sains yang dikembangkan dalam pendidikan semestinya dihimpun dalam sebuah pola Integratif yang diarahkan pada penemuan Jejak-jejak Tuhan dalam capaian teoritisnya. Selanjutnya capaian tersebut digunakan untuk menyuntikkan kesadaran keilahian ; bahwa tidak ada keberadaan,konteks pengetahuan baik teori,praktek dan tujuan yang diluar dari yang Ilahi
Pendidikan Modern Memproduksi Manusia yang teralienasi
Lembaga atau Sistem Pendidikan yang terjerat dalam labirin epistemologi Eropa Abad Pertengahan yang Alternatif (mengasing manusia) menurut Sayyed Hussein Nasr Alienasi manusia itu bersumber pada penyakit amnesia lupa akan jati diri. Kelupaan itu disebabkan oleh proses eksternalisasi dalam Struktur Epistemologisnya. Dalam Proses eksternalisasi, manusia modern menjadikan dunia luar dirinya sebagai pusat objek kesadarannya. Kesadaran tertumpuh pada dunia luar sebagai objek pengetahuan.
Hasil dari Proses ini adalah pengetahuan eksternal. Akumulasi Pengetahuan Eksternal membuat manusia modern lupa jati diri Internalnya. Manusia Modern hanyut dalam aliran sungai dirinya dari pusat eksistensinya dan keterhanyutan ini mengakibatkan alienasi.Manusia Modern pun asing dari hakikatnya sendiri.
Proses Eksternalisasi menggunakan rasio (akal) untuk memperoleh data dunia luar. Data Indrawi yang ditangkap akal menjadi ukuran kebenaran. Maka lahirlah Positivisme yang memproduksi sains yang menakjubkan yang membuat sains humanistik tergoda dan tergiring menirunya. Sains Humanistik Klasik pun berubah menjadi sains sosial kuantitatif inilah penyebab terjadinya Pendangkalan dalam Sains Humanistik.
Sains Modern mau kemana
Sains Modern mengantarkan kita pada memahami aspek aspek tertentu saja dari manusia bukan keseluruhannya, aspek luarnya saja bukan substansinya. Dalam Optik Tradisional semestinya pengetahuan tentang aspek luar manusia itu mengantarkan pada aspek didalamnya. Ironisnya Para Saintis Modern menolak untuk berjalan ke arah Aspek dalam. Argumennya sederhana karena rasio memiliki batas. Celakanya sains yang terbatas itu justru digunakan untuk memecahkan masalah-masalah manusia.
Secara Angkuh Sains Modern ingin menjawab semua Problem Manusia padahal yang diketahui oleh sains modern hanya Aspek-aspek tertentu saja dari manusia. Tak heran dengan metode sains modern mampu mengumpulkan informasi tentang bangsa bangsa tapi sedikit sekali tentang manusia itu sendiri.
Pendidikan yang tidak mengalienasi Manusia
Salah satu jawaban dari permasalahan diatas yang mungkin adalah mengajukan bentuk pendidikan yang mempertimbangkan pengenalan terhadap hakekat realitas termasuk manusia serta hakekat sains yang menjadi materi pendidikannya. Sayyed Hussein Nasr menjawab solusinya Sains Islam dan Kesatuan Wujud.
Menurutnya Ciri Utama Sains dan Seni Islam adalah paham kesatuan (unity ) yang merupakan inti dari Wahyu Islam. Dalam Seni, al-Hambra atau Masjid Paris misalnya menampilkan bentuk plastik yang dengannya orang merenungkan Keesaan Ilahi dalam manifestasi multiplisitas sedang dalam Sains, Sains disebut Islami bila ia menunjukkan kesatuan alam. Karena itu,tujuan sains islam adalah menunjukkan kesatuan dan Interrelasi dari segala yang ada yang dengannya manusia tertuntun pada kesatuan Ilahi yang tergambar pada kesatuan alam.
Dengan begitu ada 2 (dua) hal yang mesti dilakukan untuk menghidupkan Sains Islam. Pertama Menunjukkan bahwa menjadi saintis yang unggul dapat berbarengan dengan menjadi Muslim yang baik. Kedua Menunjukkan harmonisasi antara Sains-sains Islam dengan Filsafat,teologi dan metafisika Islam.
Penutup
Kesatuan Sains merupakan Ekspresi dari Kesatuan Wujud (Wahdah Al Wujud),karena sesungguhnya Sains berhubungan erat dengan wujud yang dalam tradisi intelektual islam adalah tunggal realitas itu tunggal.(ANFPP)
Disclaimer : Artikel ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.