STOP CEMBURUI CINA
![STOP CEMBURUI CINA STOP CEMBURUI CINA](https://jurnalintelijen.net/wp-content/uploads/ktz/IMG-20200403-WA0014-3an08hjfvbet50dp1995ai.jpg)
Foto: Andi Naja FP Paraga (Penulis)
oleh : Andi Naja FP Paraga
Mungkin Para Pendemo Tolak TKA Cina tidak pernah berfikir kalau jumlah Tenaga Kerja Wanita(TKW) asal Indonesia sebesar 80.000 yang bekerja di China,Hongkong dan Macau. Hebatnya mereka tidak pernah ditolak sebelum kedatangannya apalagi harus muncul perdebatan *Serikat Pembantu-Serikat Pekerja* pada 3 Negara tersebut. Itulah wujud dari Hubungan Internasional Bebas Aktif. Ada MoU Kerjasama G2G.
Keganjilan Penolakan itu karena hanya terantuk TKA dari China saja sementara TKA dari berbagai Negeri di Indonesia juga banyak. TKA Amerika Serikat di Freeport,TKA Exxonmobil,Newmont,Caltex di Indonesia. TKA Jepang di Toyota,Suzuki,Mitsubishi,Honda di Indonesia. TKA Perancis di Industri makanan hingga TKA Arab entah berbisnis apa di Puncak Bogor bahkan sorotan media berulang ulang. *tapi* mengapa TKA China yang tak berhenti digaduhkan.
Saya kadang berfikir gerakan ini sama sekali tak melihat data dan fakta lain begitu mendapatkan data dan fakta yang kini digunakan berdalih menolak TKA China. Data Pembanding diperlukan untuk merasionalitaskan rencana pembangunan pertambangan yang akan membuka lapangan kerja baru untuk 15.000 pekerja Indonesia khususnya pekerja lokal. Untuk adilnya memang Negara manapun yang punya TKA di Indonesia kita tolak semua dulu saja termasuk Pekerja Media Asing,Bank-Bank Asing bahkan yang bekerja di sektor pariwisata.
Indonesia dan China sedang bekerjasama eksploitasi dan eksplorasi lithium,nikel dan cobalt. China membangun Smelter dengan membawa Ahli dan Tekhnisi dari negeri asal yang memang belum dikuasai oleh Tenaga Kerja asal Indonesia.
Lithium adalah Masa Depan Dunia dan Indonesia memiliki sumber terbesar 40% didunia. Untuk 10 tahun mendatang minyak tidak akan lagi dipakai dunia dan akan beralih kepada Lithium Baterei. Perjanjian lithium sangat menguntungkan dan simbiosis mutualisme, Smelter lansung dibangun sehingga langsung diketahui berapa yg dapat dihasilkan dengan profit sharing jelas dan transparan.
Cobalah bandingkan ketika Indonesia bekerjasama dengan Negara Intestor yang sudah lebih dahulu ada. Lihat Freeport selama 55 tahun di Papua tak pernah ada Smelter. Lihat Exxonmobil,Caltex selama 55 tahun di Indonesia belum punya kilang minyak sendiri *dan* baru di Era *Presiden Joko Widoxo* semua negara tersebut diharuskan membikin kelengkapannya.
Selama 55 Tahun dari Freeport Indonesia hanya dapat pajak 3%. Ribuan Ton Emas dikuras bahkan lapisan terbawah uranium yang harganya 10 kali lipat dari harga emas pun dikuras. Indonesia yang seharusnya kaya raya dan bisa mensejahterakan seluruh rakyatnya cukup dari hasil tambang saja *malah* hanya dinikmati oleh segelintir orang.
Kita pernah mendengar Amien Rais berkata jika Freeport dikelola Indonesia maka nilai 1 Dollar sama dengan nilai 1 Rupiah dan di Era Jokowi Indonesia sudah mendapat hak lebih banyak walaupun harus bersitegang sangat panjang. Entah siapa yang memainkan nya begitu panjang. Disisi yang lain Investasi dari Cina untuk Industri Pertambangan sedang mengincar indonesia. Banyak sekali ribut hingga bermunculan desas desus *PKI Muncul Kembali. Prabowo Subianto Mantan Capres pesaing Joko Widodo pada Polres 2014 dan 2019 kini jadi Menteri Pertahanan RU berkata China* negara sahabat. So kenapa disalahkan berbisnis dengan Negara Sahabat.
Sebaiknya stop mencemburui China bahkan Stop cemburui negara manapun jika tidak terbukti merugikan negara kita. Mengapa justru kita tidak mengutuk negara negara yg selama 55 tahun menggerus keuntungan di Indonesia hingga mampu membuat negaranya menjadi *Welfare State* sementara Negara yang dikeruknya jadi miskin. Penderitaan 350 tahun di Era Belanda,2,5 Tahun Era Jepang dan 3 Tahun kurang lebih *Era Sekutu* disusui masuknya Amerika kembali sejak Era Orde baru di Papua sudah berlangsung 55 tahun hingga saat tidak kita perangi.
Kita tau siapa yang *geram* dengan hadirnya China di Indonesia. Kita tahu siapa yang terganggu. Jadi kita tau kenapa kehebohan ini terus ada bahkan akan terus dipelihara karena Presiden Joko Widodo tak pernah berubah komitmennya untuk mensejahterakan rakyat Negeri ini dengan menghadirkan Investasi dari negara negara yang bisa saling menguntungkan. Cukuplah sudah Indonesia hanya dapat pajak 3% tetapi emas dan uraniumnya digerus tiada hentinya. Mereka geram kepada *Presiden Joko Widodo* yang selama 6 tahun terakhir ini membuat mereka seolah duduk diatas bara api.(ANFPP160520)
Disclaimer : Artikel ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.