Penting! Saatnya Melawan Kaum Pengganggu Pancasila Oleh : Hendro S
Terpecahnya rakyat Indonesia menjadi dua kubu sebenarnya sudah terjadi sejak pilpres 2014. Kala itu Jokowi maupun Prabowo memiliki basis pendukung yang hampir seimbang. Prabowo harus mengakui keunggulan Jokowi pada pilpres 2014.
Kekalahan Prabowo dalam pilpres 2014 semakin menajamkan polarisasi yang ada. Kubu yang kalah masih tak menerima kekalahan mereka. Pada akhirnya mereka terus dan terus menyerang Jokowi serta pemerintahannya.
Polarisasi yang semakin tajam pun akhirnya melahirkan istilah cebong dan kampret. Cebong untuk mereka yang mendukung Jokowi dan kampret bagi mereka yang mendukung Prabowo. Saling serang di sosial media pun tak dapat dihindarkan.
Setiap isu yang menyerempet Jokowi maupun Prabowo akan digoreng sampai hangus oleh kedua kubu. Saling ejek dan sindir tak dapat dihindarkan. Bukan hanya masyarakat di tatanan akar rumput saja yang sindir menyindir. Para elitnya juga kerap saling serang secara terbuka di sosial media maupun dalam acara wawancara sekalipun.
Saling membela kubunya masing – masing merupakan hal yang biasa kita lihat menjelang puncaknya pilpres ulangan di 2019. Teriakan cebong dan kampret semakin kencang ketika pilpres 2019 mendekat. Berbagai sumber daya mulai dari tingkat akar rumput sampai elit saling serang secara masif.
Tak jarang segala kampanye hitam pun dilancarkan. Segala hoaks dan fitnah pun ditembakan ke dua kubu. Kompetisi sehat dan tak sehat sudah bercampur menjadi satu. Tujuannya hanya satu, kemenangan paslon yang mereka usung adalah hal mutlak yang harus dikejar.
Jujur harus saya katakan bahwa segala bentuk perpecahan yang kita perbuat dimanfaatkan dengan baik oleh kaum pembenci ideologi bangsa kita. Mereka memanfaatkan momentum polarisasi di masyarakat untuk menarik simpati serta menumpang ke salah satu kubu. Mereka ingin ideologi bangsa kita rusak sehingga mereka dengan mudahnya akan menggantinya.
Mereka senang bukan kepalang ketika salah satu kubu bisa ditunggangi secara gratis. Mereka muncul dengan teriakan pelindung agama. Mereka muncul dengan teriakan takbir bercampur kebenciaan. Mereka maju atas nama agama yang mereka bela. Apa mereka semua benar – benar membela agama? Silakan kita nilai sendiri masing – masing apa mereka memperjuangakan agama atau kepentingan terselubung mereka.
Ketika pertemuan Jokowi dan Prabowo terjadi, mereka kelojotan serta kepanasan seperti setan yang dibacakan ayat suci. Mereka kalap dan menyerang orang yang selama ini mereka perjuangkan. Mereka bertindak layaknya mantan pacar yang diputus lalu menjelek – jelekan nama baik sang mantan di mana – mana. Apa mungkin mereka kebanyakan menonton drama ya? Hahaha.
Setelah Prabowo sadar dan berbalik bertemu Jokowi demi keutuhan bangsa. Kini orang yang paling vokal menyerang pemerintahan Jokowi yakni Amien Rais pun balik badan mendukung pertemuan Jokowi dan Prabowo. Kita tentunya masih ingat bagaimana aki – aki satu ini selalu menyerang pemerintah baik siang maupun malam.
Saya amat yakin banyak para cebong yang geram dengan Amien Rais. Hari ini Amien Rais menyatakan bahwa tak ada lagi cebong maupun kampret. Sekarang adanya adalah cebong bersayap. Artinya kedua belah pihak telah berdamai.
Ketika dua kubu berdamai maka persatuan harus dirajut kembali. Sudah saatnya kita sadar bahwa lawan kita bersama adalah para begundal pembenci Pancasila. Para begundal yang mengkehendaki bubarnya Indonesia Raya. Mereka berharap polarisasi dapat menciptakan chaos sebesar – besarnya serta sehancur – hancurnya sehingga mereka dapat tampil dengan ideologi mereka nantinya.
Saya sepakat dengan Jokowi dan Prabowo yang mengakhiri rivalitas mereka demi keutuhan bangsa. Prabowo dan elit – elitnya boleh saja minta maaf atas semua polarisasi yang terjadi namun kami tak akan lupa akan semua yang terjadi. Kami memilih bersatu kembali demi keutuhan bangsa juga. Bagi kami bangsa ini terlalu berharga untuk terpecah hanya karena masalah perbedaan pilihan.
Jika pada akhirnya mereka memilih untuk kembali bersatu dengan kita, maka segala perbedaan yang ada bukan untuk dihujat lagi. Jangan lagi ada hina menghina dan fitnah memfitnah terhadap pemerintahan Jokowi nantinya. Jika memang ada masalah maka kita wajib mengkritik namun dengan kritik membangun bukan dengan nyinyiran tanpa solusi.
Saatnya kita bersatu melawan segala propaganda jahat mereka pembenci ideologi kebangsaan kita yakni Pancasila. Tak ada lagi cebong dan kampret. Yang ada sekarang adalah Garuda Pancasila yang harus terbang tinggi membawa kita semua.
Jokowi dan Prabowo telah memberikan contoh bahwa mereka dapat bersatu kembali setelah rivalitas dua kali pilpres. Mereka sadar bahwa lawan mereka adalah mereka yang berniat menghancurkan bangsa ini. Mereka kembali bersatu demi Indonesia Maju Raya Jaya. Merdeka.
*) Pemerhati Indonesia