Antara Pujian dan Cercaan Saat Prabowo Bertemu Jokowi Oleh : Hima Qurrotur
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa setelah pencoblosan Pilpres pak Jokowi sempat akan mengutus Menko Kemaritiman pak Luhut Binsar Panjaitan untuk bertemu pak Prabowo. Tapi karena rencana pertemuan itu sudah bocor terlebih dulu, maka hal tersebut urung dilakukan.
Upaya Rekonsiliasi antara kubu pak Jokowi dan pak Prabowo sebelumnya juga sudah pernah diupayakan, tapi masih belum menemui titik terang. Lalu kemaren keduanya dijadwalkan bertemu pada pukul 10.00 pagi di stasiun MRT Lebak Bulus. Pertemuan ini adalah pertemuan yang pertama sejak pemilu lalu.
Dalam pertemuan tersebut pak Jokowi menegaskan bahwa pemilu telah usai dan tak ada lagi perbedaan di tengah masyarakat. Beliau mengatakan, saat ini Indonesia telah kembali bersatu untuk membangun bangsa. Mendengar itu, pak Prabowo juga menyepakati bahwa negara telah kembali bersatu. Apalagi, setelah adanya pertemuan dirinya dan pak Jokowi.
Seluruh warga yang bergerombol di tengah mereka terlihat antusias mendengar pernyataan keduanya. Mereka kompak meneriakkan we love you. Setelah itu, mereka meminta kedua tokoh bangsa itu untuk berpelukan. Dan tanpa rasa canggung, keduanya menuruti pemintaan itu dan saling berpelukan, cium pipi kiri dan kanan, sambil menebar senyum ke seluruh masyarakat.
Setelah menyampaikan keterangan di Stasiun MRT Senayan, pak Jokowi dan pak Prabowo beserta rombongan berjalan kaki dari stasiun menuju Mal fX Senayan, Jakarta Selatan. Keduanya langsung menuju restoran Sate Senayan. Sambil duduk semeja, keduanya sempat berbincang ringan sambil menunggu hidangan tiba. Masyarakat yang memenuhi mal berusaha untuk bersalaman dengan keduanya.
Ketika pak Prabowo menemui pak Jokowi beberapa hari yang lalu melahirkan dua sisi persepsi yaitu pujian dan cercaan. Ada yang bilang pak Prabowo sosok negarawan, ada juga yang menuding kalau pak Prabowo melakukan pengkhianatan. Sosmed dan WAG ramai membahas hal ini. Saya tidak mau ikut larut dalam debat kusir tersebut.
Sepak terjang dan sejarah pak Prabowo dalam 10 tahun terakhir cukup bisa untuk dijadikan sebagai pelajaran, renungan, rujukan, jawaban dan apapunlah namanya, bagaimana cara mengatur strategi politik yang baik, supaya menimbulkan kegaduhan, perpecahan, demonstrasi, dan sebagainya.
Berikut adalah hal – hal yang bisa kita pelajari dari seorang Prabowo Subianto : Pertama. Pak Prabowo dituding sebagai penculik dan pelanggar HAM. Padahal beliau (katanya) hanya mengamankan sejumlah orang atas perintah atasan. Semua yang diamankan masih hidup hingga saat ini. Jenderal yang lain buang badan sedangkan pak Prabowo nekat memikul beban seorang diri. Dia dinonaktifkan dari kesatuan dan hidup dengan bayang-bayang hujatan dia terima dengan penuh ketegaran dan membuatknya menjadi seorang mantan TNI yang lebih dari TNI. Hingga akhirnya (sebagian) masyarakat mengerti kondisi sebenarnya. Bahwa pak Prabowo bukan figur seperti yang dituduhkan selama ini. Bahkan, beberapa dari mereka yang menjadi korban pun akhirnya memilih berjuang bersama pak Prabowo dalam kancah perpolitikan Indonesia.
Kedua. Pak Prabowo juga dituding telah menyakiti perasaan para kader dan loyalis Gerindra pada saat beliau memilih untuk mengusung pak Anies Baswedan untuk melawan Ahok alias BTP, orang yang pernah menjadi lawan terdepan ketika telah diberi tiket untuk meraih kekuasaan. Tanpa mahar, yang ada pak Prabowo keluar banyak uang. Setelah pak Anies menang, pak Prabowo tidak pernah minta proyek atau jatah anggaran. Bahkan beliau juga melarang pak Anies ikut kampanye Pilpres agar tetap fokus memikirkan warga ibu kota, walau pada kenyataannya pak Anies tetap ikut berkampanye dengan menggunakan seragam dinasnya. Pak Prabowo tak pernah memikirkan akan Keuntungan saat mendukung pak Anies, yang penting masyarakat Ibu Kota terpuaskan hasratnya untuk memiliki gubernur seiman yang pandai menata kata.
Ketiga. Pak Prabowo juga dituding telah menyakiti perasaan umat Islam karena tidak menuruti cawapres hasil ijtima ulama seperti yang telah disarankan oleh habibana Rizieq Shihab, justru beliau malah memilih Sandiaga Uno yang berlatang belakang Pengusaha. Karena pilihan inilah pak Prabowo dituduh tidak taat pada ulama dan mengabaikan hasil ijtima. Hingga akhirnya seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya pak Prabowo tak mau umat Islam terpecah belah, karena cawapres dengan latar belakang ulama sudah diusung oleh calon sebelah. Itulah alasan kenapa beliau lebih memilih anak muda yang enerjik, sukses dan religus sebagai solusi, maka dengan cara tersebut sebanarnya pak Prabowo sedang memuliakan agama dan ulama.
Keempat. Pak Prabowo dituding mendukung sistem khilafah. Akibatnya, suara beliau melesat tinggi di tiga propinsi paling religius di Indonesia, tapi konsekuensi dari semua itu, suara Gerindra rontok di daerah kalangan minoritas. Padahal, beliau lahir dari keluarga Chinese yang plural.
Kelima. Pak Prabowo juga dituding telah mempolitisasi suasana duka saat menemui SBY untuk berbela sungkawa atas wafatnya ibu Ani Yudhoyono. Banyak dari politisi, pengamat, media dan buzzer kompak memframing bahwa pak Prabowo sebagai orang yang tak punya etika. Padahal beliau hanya berbicara apa adanya, sesuai dengan cerita yang disampaikan pihak tuan rumah.
Dan setelah pertemuan beliau dengan pak Jokowi kemaren, investasi caci maki serta fitnah pun semakin bertambah. Tuduhan pengkhianat juga dilontarkan oleh segelintir orang – orang berjubah agama yang dulu membelanya dengan aksi jihad dan melakukan demo berjilid – jilid hingga beberapa orang sampai meregang nyawa.
Pak Prabowo adalah orang yang sudah sangat akrab dengan bully dan caci maki, tapi beliau tidak pernah emosi dan baper menyikapi semua ini, paling hanya menggebrak podium saat orasi, hal ini beliau lakukan demi masa depan negeri, beliau juga menempatkan reputasi dirinya di zona degradasi.
Saya percaya dengan pak Prabowo, dan Saya akan terus mengamati sepak terjang beliau, Bukan karena beliau orang hebat, tapi karena pak Prabowo orang yang bisa menempatkan kepentingan pribadi di atas persoalan negeri.