Cawapres Jokowi: Moeldoko Paling Kuat, As’ad Said Ali Alternatif
Joko Widodo yang dipastikan akan maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019 memiliki kans yang sangat besar untuk memenangkan kembali pemilihan presiden. Beberapa hal yang menguntungkan Joko Widodo antara lain status sebagai petahanan dan bahan-bahan kampanye yang cukup nyata hasil dari kepemimpinanya selama menjabat sebagai presiden.
Tanpa bermaksud mengesampingkan kandidat penantang Joko Widodo, tulisan ini selanjutnya hanya akan membawas peluang dan kekuatan dari tokoh-tokoh yang dianggap layak sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Pembahasan calon dari penantang bukan kurang menarik tetapi memang belum ada kristalisasi koalisasi dan calon yang kuat untuk mulai ditimang-timang sebagai lawan Joko Widodo dalam Pilpres 2019 nanti.
Beberapa cawapres yang dianggap layak dan mempunyai kekuatan untuk menjadi pendamping Joko Widodo dalam Pilpres 2019 antara lain adalah Jendral TNI (Purn) Moeldoko, Jendral Pol (Purn) Budi Gunawan, Jendral Pol M Tito Karnavian, As’ad Said Ali, Mahfud MD, Sri Mulyani, Airlangga Hartanto, Susi Pudjiastuti, Muhaimin Iskandar. Nama seperti Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono tidak ikut dibahas karena diperkirakan kecil peluangnya untuk menjadi cawapres Joko Widodo pada Pilpres 2019.
Untuk memudahkan analisis maka para cawapres tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan selanjutnya akan dicari siapa yang terbaik dari masing-masing kelompok. Pertama adalah kelompok dengan latar belakang TNI/Polri yaitu Moeldoko, Budi Gunawan dan Tito Karnavian. Kedua adalah kelompok dengan basis agama As’ad Said Ali, Mahfud MD, dan Muhaimin Iskandar. Ketiga adalah kelompok ekonomi/industri yaitu Sri Mulyani, Airlangga Hartanto dan Susi Pudjiastuti.
Kelompok pertama yang mempunyai latar belakang TNI/Polri, dianggap kelompok yang mempunyai kans paling besar untuk mendampingi Joko Widodo. Dengan latar belakang sipil maka Joko Widodo sangat ideal jika pendampingnya berasal dari TNI/Polri. Komposisi ini relatif dipandang pas oleh sebagian masyarakat Indonesia. Selain itu Joko Widodo harus mempunyai kekuatan untuk menggerakkan TNI/Polri sebagai kekuatan yang cukup signifikan di Indonesia.
Dari ketiga calon yaitu Moeldoko, Tito Karnavian dan Budi Gunawan, maka yang dianggap paling tepat untuk mendampingi Joko Widodo adalah Moeldoko. Sebagai mantan Panglima TNI yang cukp berhasil dan dengan latar belakang pendidikan Doktor dari Universitas Indonesia, Moeldoko mempunyai kemampuan dan kekuatan yang cukup baik sebagai pendamping Joko Widodo. Selain itu Moeldoko dianggap efektif untuk menjadi kekuatan untuk melawan oposisi yang kemungkinan bisa mencalonkan tokoh dengan latar belakang militer.
Calon lain seperti Tito Karnavian sudah berulang kali menyatakan enggan untuk masuk politik praktis. Budi Gunawan dengan kedekatannya dengan elite PDIP seharusnya mempunyai kans besar untuk menjadi cawapres Joko Widodo, namun partai pengusung Joko Widodo perlu mempertimbangkan banyak hal jika akan mengusung Budi Gunawan sebagai cawapres Joko Widodo.
Dari kelompok dengan basis agama terdapat beberapa kandidat yaitu As’ad Said Ali, Mahfud MD, dan Muhaimin Iskandar. Ketiga kandidat ini dianggap kuat karena basisnya sebagai tokoh agama dan pengalamannya di bidang politik. As’ad Said Ali yang merupakan elite dari kalangan NU tergolong cukup unik karena selain mempunyai basis sebagai tokoh agama, As’ad adalah orang yang berkarir di Badan Intelijen Negara hingga jabatan Wakil Kepala BIN. Sebagai orang sipil, meraih jabatan WakaBIN tentu cukup istimewa.
Mahfud MD yang mempunyai kecakapan di bidang hukum adalah salah satu tokoh berbasis agama yang dianggap pantas mendampingi Joko Widodo. Namun Mahfud MD tidak mempunyai kekuatan politik dalam arti mempunyai basis partai yang cukup kuat. Berbeda dengan Mahfud MD, Muhaimin Iskandar mempunyai basis kekuatan partai politik. Namun strategi Muhaimin Iskandar yang menawarkan diri sebagai cawapres di semua kubu cenderung akan dinilai sebagai oportunis yang tentu akan menjadi pertimbangan Joko Widodo jika periode 2019-2024 nanti selesai dan harus menjadi kader pada 2024-2029.
Ketiga kandidat dari kelompok agama ini mempunyai kekuatan masing-masing yang sulit untuk dibandingkan namun dapat dipilih jika situasi dan kondisi yang terjadi tepat untuk karakteristik masing-masing kandidat. Pilihan jika kebutuhan yang ada adalah kekuatan politik dari basis agama maka Joko Widodo tidak salah jika memilih Muhaimin Iskandar.
Dari kelompok ekonomi dana industri ada tiga nama seperti Sri Mulyani, Airlangga Hartanto dan Susi Pudjiastuti. Tidak ada yang meragukan kemampuan dalam bidang eknomi Sri Mulyani, bukan hanya tingkat nasional namun dunia juga mengakui. Namun jika Sri Mulyani menjadi cawapres tentu Sri Mulyani justru akan berhadapan dengan urusan politik. Kekuatan Sri Mulyani dalam bidang politik masih perlu pendalaman. Hal ini sama dengan Susi Pudjiastuti yang mempunyai kinerja moncer dalam bidang kelautan. Gayanya yang lugas dengan latar belakang pengusaha, cenderung akan bertentangan dengan dinamika politik.
Airlangga Hartanto menjadi kandidat paling kuat jika Joko Widodo akan memilih cawapres dengan latar belakang ekonomi/industri namun mempunyai basis politik yang cukup kuat. Dengan perahu Golkar yang cukup kuat, Airlangga bisa menjadi salah satu pendongkrak kekuatan politik Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Namun tentu saja tidak mudah jika Airlangga harus menghadapi kekuatan yang berbasiskan TNI/Polri atau kelompok agama.
Dari beberapa kandidat di atas, maka As’ad Said Ali mempunyai nilai lebih jika Joko Widodo membutuhkan kandidat yang mampu menjadi jembatan kepada kelompok dengan latar belakang TNI/Polri dan kelopok agama namun juga mempunyai jaringan pada kelompok ekonomi. As’ad yang sepanjang karirnya dibaktikan kepada Badan Intelijen Negara tentu saja mempunyai jaringan yang kuat di kalangan TNI dan Polri. Selain itu sebagai elite NU, As’ad mempunyai kekuatan yang siginifikan pada kelompok NU dan agama pada umumnya. Jaringan-jaringan As’ad selama puluhan tahun berkarya pada Badan Intelijen Negara tentu juga ada di kelompok ekonomi dan Industri.
Melihat analisis di atas, maka kandidat yang paling kuat untuk dipasangkan Joko Widodo pada Pilres 2019 nanti ada dua orang yaitu Moeldoko dan As’ad Said Ali. Dengan karakter, kekuatan, dan peluang masing-masing maka Joko Widodo dapat menentukan siapa yang tepat menjadi pendampingnya sesuai dengan tantangan dan kebutuhan pada 2019-2024 sekaligus kaderisasi untuk menjadi pemimpin pada era selanjutnya. Joko Widodo akan menjadi penentu siapa yang akan menjadi pendampingnya pada Pilpres 2019 nanti.
*) Stanislaus Riyanta, mahasiswa Doktoral bidang Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia