Mengintip Intelijen dari Buku Ungu
![Mengintip Intelijen dari Buku Ungu Mengintip Intelijen dari Buku Ungu](https://jurnalintelijen.net/wp-content/uploads/ktz/pilkada-uang-35yi41fvs5toxtqtu3zeoa.jpeg)
Judul Buku : Intelijen dan Pilkada, Pendekatan Strategis Menghadapi Dinamika Pemilu | Pengarang : Stepi Anriani | Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama | Tahun Terbit : 2018 : Jumlah Halaman : 225
Intelijen dikenal orang sebagai sesuatu yang misterius, tersembunyi, dan mendengar namanya saja tidak sedikit orang yang tidak mau berurusan. Tabir gelap yang menyelimuti intelijen, membuat “benda” ini tidak tersentuh oleh orang umum, bahkan untuk mempelajarinya sangat sulit diperoleh panduan dan literaturnya.
Stepi Anriani, wanita muda ini mengubah cara pandang tersebut. Sebagai orang yang mengerti tentang intelijen, Stepi menyajikan intelijen dalam buku cantik berjudul Intelijen dan Pilkada. Sebagai alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, Stepi tidak hanya menyajikan bagaimana cara kerja intelijen tetapi juga menyuguhkan sejarah dan bagaimana intelijen dipandang sebagai pengetahuan.
Wanita yang sangat paham tentang Papua ini, mencuri start dengan meluncurkan buku Intelijen untuk kepentingan Pilkada. Langkah Stepi ini merupakan ciri khas orang dengan pengetahuan intelijen yaitu menggunakan ilmu forecasting, strategi, dan scenario untuk keputusan-keputusan yang dia ambil, secara tepat dan mendapatkan banyak manfaat.
Buku dengan cover warna ungu yang berisi 225 halaman ini secara berurutan dibuka dengan Bab I yang berisi tentang pengenalan intelijen. Dalam bab ini dibahas bagaimana intelijen dipandang sebagai informasi, pengetahuan, produk, kegiatan, proses, organisasi, dan profesi. Selain itu pada bab pembuka juga dituliskan tentang tugas, peran, dan fungsi intelijen. Bab selanjutnya ditampilkan tentang bagaimana mempelajari intelijen. Bab ini membahas tentang ancaman megatren 2030 dan bagaimana belajar inteljen dari kerajaan, wanita dan dari para legenda.
Bagian selanjutnya berisi tentang bagaimana menggunakan intelijen untuk kepentingan pilkada. Stepi menyoroti tentang fenomena pilkada dengan segala kecurangannya yang seharusnya tidak perlu terjadi jika pemangku kepentingan pilkada mengerti dan mau menggunakan intelijen. Salah satu cara yang diusulkan oleh Stepi adalah dengan menggunakan media sosial.
Cara-cara intelijen juga digunakan dalam konteks pilkada untuk merekrut tim sukses, melakukan kontra propaganda, melakukan penggalangan dan menghadapi lawan. Bagian akhir buku ini menyajikan bagaimana intelijen berperan dalam personal branding. Selain itu intelijen juga diperlukan dalam pilkada dalam konteks leadership dan komunikasi.
Penulis buku yang saat ini sedang menyelesaikan studi doktoral bidang kebijakan di Universitas Indonesia ini menwarkan intelijen sebagai cara yang lebih elegan, tepat sasaran, namun bekerja dalam senyap menghindari kegaduhan. Intelijen dikembalikan kepada terminologi aslinya sebagai cara-cara cerdas untuk meraih tujuan. Cerdas dalam arti bahwa cara-caranya tidak berdampak negatif dan tetap memperoleh hasil positif yang maksimal.
Sangat wajar jika para pelaku, praktisi, dan akademisi di bidang intelijen merekomendasikan buku ini sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan Pilkada untuk meraih kemenangan. Buku ini sekaligus sebagai jembatan bagi orang awan untuk mengenal intelijen, walaupun tentu saja tidak serta merta mampu menjadi rujukan bagi orang awam untuk menjadi intelijen dalam konteks profesi. Intelijen selalu diselimuti tabir gelap, namun Stepi sedikit membuka celah bagi khalayak umum untuk melihat intelijen melalui buku ungu ini. (*)
Peresensi : Stanislaus Riyanta, pengamat intelijen alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia