GUIP : Tangkap Dan Penjarakan Sukmawati, Penista Agama

GUIP : Tangkap Dan Penjarakan Sukmawati, Penista Agama

Kita yang tergabung umat Islam Madura datang ke Mapolres Pamekasan karena bukan tidak ada kerjaan namun
karena agama kami yang dihina oleh Sukmawati Soekarnoputri. ‎Kami umat Islam Madura tidak terima apabila agama kami dilecehkan oleh Sukmawati Soekarnoputri dengan ocehan Kidung lebih indah dari suara adzan dan konde
lebih indah dari jilbab. ‎Para ulama dan umat Islam menyakini bahwa Sukmawati Soekarnoputri adalah penista agama.

Demikian isi sejumlah orasi yang disampaikan beberapa orator dalam aksi unjuk rasa sekitar 1.000 orang di Simpang Tiga Mapolres
Pamekasan, Madura, Jawa Timur (9/4/2018) seraya mereka menambahkan, apabila agama dihina dan kita tetap diam saja maka lebih baik dikafanin saja dan kita tetap dalam satu komando yaitu komando ulama.

“‎Proses hukum harus tetap ditegakkan di bumi Indonesia. ‎Alfian Tanjung telah meminta maaf namun tetap dihukum, kalau sampai Sukmawati Soekarnoputri tidak dihukum maka hukum di Indonesia perlu dipertanyakan,” ujar salah seorang orator bersemangat.

Aksi unjuk rasa Gerakan Umat Islam Pamekasan atau GUIP ini dipimpin KH Abdul Aziz Moh Syahid yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Al Inayah Pagantenan, yang juga sebagai Panglima Laskar Madura dan Ustadz Herman, S.H yang merupakan juru bicara GUIP menuntut penangkapan terhadap Sukmawati Soekarnoputri, penjarakan penista agama dan mendukung Polri menangkap dan memproses penista agama.

Adapun pernyataan sikap GUIP yaitu pertama, puisi Sukmawati menimbulkan kegaduhan, kontroversi, polemik dan keresahan tengah-tengah masyarakat terutama umat Islam di Indonesia maupun dunia internasional. Karena hal tersebut mengandung, penghinaan dan pelecehan terhadap ajaran agama Islam dan menyinggung serta membuat ketidaknyamanan umat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia.

Kedua, menyayangkan tindakan Sukmawati yang menyamakan dan mencampuradukkan antara budaya dengan agama dengan mengatakan dalam syair Indonesia bahwa konde ibu Indonesia itu lebih baik dari cadar dan suara nyanyian kidung
lebih merdu dari adzanmu. Puisi tersebut telah menodai umat. Mendesak Polri memproses memanggil, untuk segera memeriksa, dan memenjarakan Sukmawati sesuai dengan Proses hukum yang berlaku meski sudah meminta maaf kepada umat Islam secara terbuka.

Ketiga, mengajak seluruh pihak terutama umat Islam Indonesia untuk tetap tenang dan menunggu proses hukum yang berlaku di NKRI dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan serta ukhuwah Islamiah serta tidak mudah terprovokasi terhadap upaya pihak-pihak tertemu yang memanfaatkan situasi ini dengan tujuan untuk memecah belah umat Islam.

Dalam aksi tersebut, Irawati Murid dalam orasinya mengatakan, dirinya cinta NKRI dan pernah mengangkat Bendera Merah Putih ketika meraih kejuaraan olah raga di tingkat ASEAN dan saat ini mengangkat bendera tauhid.

“‎Kedatangan saya semoga dapat memberi semangat kepada teman-teman untuk minta Polisi berlaku adil karena hukum di Indonesia adalah sama. ‎Jika umat Islam hanya diam ketika Islam dihina, maka lebih baik dikafani saja. ‎Berharap kasus Sukmawati segera ditindaklanjuti jika tidak ingin ada aksi Ahok kedua,” ujar mantan atlit nasional cabang tennis lapangan tersebut.

Dalam aksi tersebut, sejumlah organisasi kemasyarakatan mengirimkan massanya antara lain AUMA, ‎FPI, ‎IKADI, ‎Robitho Alawiyah, ‎Persis Pamekasan, Hidayatullah, ‎Syarikat Islam Pamekasan, Al Irssyad Pamekasan, ‎Remaja Masjid Baitur Rahman, ‎Pondok Pesantren Al Inayah Sumber Batu Pagantenan, Pondok Pesantren Malang Raya Pagantenan, ‎Pengurus Daerah
Muhammadiyah Pemekasan dan sejumlah organisasi lainnya.

*) Bayu Kusuma, pemerhati masalah Indonesia. Tinggal di Jakarta Selatan.

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent