Membaca Kritik Petinggi Gerindra
Sinyalemen Prabowo Subianto (PS) bhw elite di negeri ini banyak yg goblok dan maling, telah bikin banyak kuping memerah, khususnya dari kalangan parpol. Hemat saya, kritik keras dari petinggi Gerindra tsb seharusnya ditanggapi secara proporsional dan faktual. Sebagai sebuah statemen politik dari pemimpin oposisi, hal itu merupakan sesuatu yang tak perlu diherankan. Sebagai sebuah kritik thd kondisi saat ini, saya rasa mungkin disetujui oleh sebagian rakyat Indonesia, walaupun ada juga yang mungkin tak sepakat.
Fakta yang terpampang di depan mata, memang cukup beralasan utk digunakan sebagai landasan kritik PS tsb. Misalnya saja, fakta kasus tipikor yang sangat marak di kalangan elite dan bagaimana para koruptor tsb hanya mendapat hukuman ringan, serta sikap mereka yang tak menampilkan rasa malu atau sesal, itu semua menunjukkan betapa mental maling sangat kuat terpampang.
Demikian pula fakta bahwa ketimpangan ekonomi yg masih belum kunjung menurun secara signifikan serta kebijakan2 publik yang cenderung tidak memedulikan lapisan bawah, dapt dijadikan landasan utk mengatakan betapa bodohnya para elite pengambil keputusan. Bukan hanya dari kalangan pemerintah saja tetapi juga kalangan legislatif . Jika hal ini ditambah lagi dengan penegakan hukum yang semakin dirasakan tidak tajam ke atas, maka elite yudikatif juga termasuk di dalamnya.
Menariknya lagi, para elite parpol yg mendukung PJ rame2 meminta PS agar menunjuk hidung, siapa yg beliau maksud. Ini makin menunjukkan bahwa mereka merasa risih dan was was dg kritik tajam tsb, dan terkesan khawatir bhw mereka adalah pihak yg dimaksud. Seharusnya, respon para elite parpol tsb tdk sevulgar itu. Mereka perlu memberikan respon dengan bukti dan fakta bahwa sinyalemen PS tidak akurat atau perlu dikoreksi. Meminta PS untuk menunjuk hidung pihak lain tentu saja percuma, dan saya yakin tidak akan direspon serta tidak perlu juga.
Saya berharap para elite menyadari bahwa publik akan mendengarkan dulu apa yg dinyatakan PS dan kemudian membandingkannya dg respon pihak yang dikritik. Maka jika respon tsb sangat defensif atau tidak proporsional, publikpun akan cenderung mengamini kritik PS. Dan para elite parpol tsb akan menyesal jika kemudian publik rame2 ikut mengritik parpol dan bahkan tidak lagi memilih mereka.
Honolulu, Minggu Paskah, 1 April 2018
*) Muhammad AS Hikam