Perubahan Kekuatan Militer Global Pasca 2007

Perubahan Kekuatan Militer Global Pasca 2007

Berdasarkan laporan lembaga swasta di Swedia yang bergerak di bidang pertahanan, Sipri berjudul “*Sipri Trends in World Military
Expendicture*, 2016” disebutkan bahwa pembelian alat pertahanan atau militer sejak tahun 2007 sampai 2016 menunjukkan bahwa China sebagai pembeli alat pertahanan negara yang paling banyak, diikuti dengan Rusia, India, Korea Selatan, Saudi Arabia, Jerman, Perancis, dan Jepang, sementara itu Inggris dan Amerika Serikat malah mengalami penurunan.

Masih berdasarkan laporan Sipri, perbandingan jumlah anggaran yang dikeluarkan beberapa negara besar selama tahun 2016 menunjukkan bahwa Amerika Serikat mengeluarkan anggaran militer sebesar lebih dari US$ 600 Miliar, disusul China lebih dari US$ 200 Miliar, sedangkan Rusia, Saudi Arabia, India, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman dan Korea Selatan menyediakan anggaran untuk pertahanan sebesar dibawah US $ 100 Miliar.

Sementara itu, Amerika Serikat dan China bersaing mengimpor persenjataan canggih mereka ke sejumlah negara antara lain Mesir, Nigeria, Pakistan, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Myanmar dan beberapa negara berkembang lainnya. Tank jenis VT4 yang diproduksi China laku keras di pasaran global. Tidak hanya itu saja, China juga akan memproduksi alat tempur khusus untuk “pasar khusus” seperti tank dengan berat ringan yang sangat cocok untuk dibeli oleh beberapa negara di Afrika.

Berdasarkan prediksi *the International Institute for Strategic Studies* (IISS) yang bermarkas di London menyebutkan, militer China tidak lama lagi akan menjadi kekuatan nomor dua di dunia menggusur Rusia, setidaknya 2 tahun ke depan atau tahun 2020 sebab China juga sedang memproduksi “*air to air missile* atau peluru kendali misil lintas udara”.

Saat ini, peralatan militer yang dimiliki China juga membuat “keder alias takut” beberapa negara seperti kapal perang T-55 *cruiser *yang mampu mengangkut sejumlah pesawat tempur yang sudah dioperasikan sejak April 2017 dan pesawat jet tempur berpenumpang satu pilot yang dinamakan J-20 yang dikenal dengan julukan “*Fifth generation fighters* atau petarung
generasi kelima” dan F-35 *stealth fighter*. China juga ditakuti masyarakat global terkait kemampuannya di bidang *artificial intelligence*. China juga memiliki “*helicopter destroyer*”. Di tahun 2019, pemerintah Jepang mengestimasikan bahwa jumlah kapal perang China mencapai 135 buah, sedangkan Jepang memiliki 65 kapal perang.

Bagaimanapun juga, kekuatan militer sangat penting untuk menunjang kemajuan ekonomi, bahkan menarik investasi asing untuk datang ke negaranya. Tidak hanya itu saja, kekuatan militer juga akan menjadi penentu efektif tidaknya diplomasi negara dimata negara lainnya.

Mengingat urgensi dari kekuatan militer tersebut, maka tidak mengherankan jika China sangat memperhatikan untuk terus menerus memperkuat kekuatan militernya dan China ke depan akan diprediksi menjadi “*single powers in the world*”. Yang mengejutkan adalah Jepang dan Jerman karena “kurang bernafsu” untuk memperkuat militernya, mungkin dikarenakan mereka sudah pernah menjadi korban pada Perang Dunia kedua.

*) Toni Ervianto, pemerhati masalah militer. Alumnus Fisip Universitas Jember dan pasca sarjana Universitas Indonesia (UI).

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent