Menimbang-nimbang Duet Joko Widodo-Budi Gunawan

Menimbang-nimbang Duet Joko Widodo-Budi Gunawan

Pilpres 2019 masih berlangsung 1,5 tahun lagi, namun beberapa lembaga survei sudah membuat “warming-up” agar situasi dan politik nasional memanas. Salah satunya yaitu hasil survei lembaga Poltracking menunjukkan Budi Gunawan atau BG, elektabilitasnya sebesar 2,3%. Angka ini bahkan lebih besar dari tingkat keterpilihan Muhaimin Iskandar (1,8%), Puan Maharani (1,2%), Muhammad Zainun Majdi (1,3%), Zulkifli Hasan (1,1%), dan Budi Waseso (0,9%). Survei digelar Polrtracking pada 8 hingga 15 November 2017 dan melibatkan 2.400 responden

Menurut Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR mengatakan, nama Budi Gunawan memang mencuat di antara figur calon wakil presiden lain yang mayoritas adalah tokoh politik. Karena itu, Budi Gunawan tidak boleh dipandang sebelah mata karena memperoleh hasil survei yang cukup tinggi.

Lulusan Akpol 1983 ini merupakan tokoh kepolisian Indonesia yang cukup disegani dan saat ini menjabat sebagai Kepala BIN ke-16 sejak tanggal 9 September 2016. Sebelumnya, Budi Gunawan juga pernah menjabat sebagai Wakapolri mendampingi Jenderal (purn) Badrodin Haiti sejak 22 April 2015..

Sosok kharismatik, tegas dan peduli telah mengantarkan sosok Budi Gunawan meraih karir yang gemilang. Prestasi dan karya terus didedikasikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, kedekatan dengan Jokowi dan PDIP juga dianggap sebagai daya tarik sendiri.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengapresiasi munculnya figur Budi Gunawan dalam hasil survei cawapres yang dilakukan Poltracking. Ia mengaku cukup mengenal Budi Gunawan sebagai tokoh intelektual Polri dan tokoh reformasi di BIN, sehingga wajar apabila namanya mencuat dalam hasil survei.

Membaca Peluang Budi Gunawan

Sebelumnya, Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), As’ad Said Ali, mengaku tidak meragukan kapasitas Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan dalam bidang intelijen. Diapun meyakini Budi Gunawan mampu menunjukkan kemampuannya jika diamanati Presiden menjabat Kepala BIN. “Dia (Budi Gunawan) bintang tiga, cerdas. Sedikit (atau) banyak punya sentuhan dengan penyidikan, intelijen. Sedikit (atau) banyak dia pasti bisa,” kata As’ad saat dihubungi, Jumat, 2 September 2016.

Menurut penulis, Budi Gunawan juga orang yang setia kepada pimpinan.  Budi Gunawan sanggup memberikan pasokan informasi rahasia hanya kepada Presiden dan tidak bocor kepada pihak lain. Budi Gunawan, bisa memosisikan diri dan bekerja profesional jika dipercaya menjabat sebagai Wakil Presiden sebagaimana dia dipercaya menjadi Kepala BIN. Begitu juga Megawati yang tidak akan mencampuri pekerjaan Budi Gunawan.

Menurut berbagai kalangan, kedekatan Budi Gunawan dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Sukarnoputri, malah menguntungkan posisi Budi Gunawan jika dicalonkan menjadi Wakil Presiden mendampingi Joko Widodo, daripada PDIP yang kononnya akan menggadang-gadang Jokowi berpasangan dengan Puan Maharani. Megawati Soekarnoputri diperkirakan akan setuju jika Jokowi berduet dengan Budi Gunawan di Pilpres 2019 mendatang, apalahi ada kedekatan antara Megawati Soekarnoputri dengan Budi Gunawan, karena tidak lebih karena Budi Gunawan pernah menjadi ajudan Megawati saat putri Proklamator tersebut menjadi Presiden.

Ada beberapa alasan mengapa Budi Gunawan dipandang pantas mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 mendatang? Pertama, Joko Widodo menaikkan pangkat Budi Gunawan ketika menjabat sebagai Kepala BIN, membuktikan bahwa Presiden tidak meragukan dan sangat percaya dengan Budi Gunawan. Komunikasi mereka yang semakin membaik di kabinet saat ini, juga akan menjadi modal politik bagi keduanya untuk “beraliansi” dalam Pilpres 2019.

Kedua, baik Jokowi ataupun Budi Gunawan adalah sosok yang reformis dan pekerja serta memiliki kemampuan “scenario and foresight” yang baik, sehingga keduanya akan mampu menghadapi tantangan zaman di era milenial jika keduanya disandingkan sebagai Capres dan Cawapres 2019 mendatang.

Ketiga, beberapa negara yang mempercayai “orang intelijen” sebagai Presiden atau Wakil Presiden menjadi negara yang disegani antara lain Rusia yang saat ini dipimpin Presiden Vladimir Putin, dimana Putin adalah mantan agen KGB (organisasi intelijen negara Rusia). Contoh lainnya yaitu pendiri negara Tiongkok atau Cina, Mao Zedong adalah intelijen dan anggota militer negara tersebut, sekaligus pemikir ideologi negara Tiongkok. Kita ketahui saat ini, Tiongkok adalah negara ekonomi kedua terkuat didunia, bahkan 60% utang luar negeri Amerika Serikat dari Tiongkok atau Cina.

Pejabat negara lainnya yang juga dikabarkan pernah menjadi agen intelijen antara lain Presiden Palestina Mahmoud Abbas dilaporkan pernah bekerja sebagai mata-mata badan intelijen Uni Soviet (KGB). Informasi ini terungkap dari dokumen arsip memuat nama agen-agen Soviet dari 1983. Di dokumen yang merujuk nama Abbas hanya ditulis secara tersamar dalam dua baris kalimat. Nama Abbas diberi kode sebagai “Mole” kemudian di akhir identitasnya tertulis dua kata: K.G.B. agent.

Mengutip New York Times, 7 September 2016, dokumen tentang Abbas sebagai agen KGB diduga disuarakan media Israel pada 7 September 2016 dan pejabat Palestina secepatnya menghapus informasi itu.  Dokumen Soviet yang menyebut nama Abbas telah diberikan kepada Inggris oleh mantan pengarsip KBG, Vasily Mitrokhin.

Dokumen itu saat ini disimpan di Pusat Arsip Churchill di Universitas Cambridge dan dibuka untuk publik sejak dua tahun lalu. Dokumen KGB tahun 1983 menyebut nama Abbas, Mahmoud, lahir tahun 1935 di Palestina, sebagai agen di Damaskus. Dia dinamai Krotov, nama lain dari Mole. Namun dokumen itu tidak menjelaskan, misalnya, bagaimana dan kapan Abbas direkrut, apa yang dikerjakannya untuk KGB, apakah dia dibayar untuk itu, dan untuk berapa lama dia menjadi agen KGB (https://dunia.tempo.co/read/802660/mahmoud-abbas-jadi-agen-intelijen-kgb-ini-penjelasannya).

Keempat, dengan pengalaman sebagai Kepala BIN, jika Budi Gunawan menjadi Wakil Presiden, maka Ybs akan mampu “mengondisikan dan mengharmoniskan berbagai kepentingan yang berseberangan” sebagai modal sosial menunjang kelancaran pembangunan nasional.

Kelima, menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, ada beberapa nama figur tokoh nasional yang berpotensial mendampingi Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Nama-nama tersebut antara Budi Gunawan, Tito Karnavian, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono, Sri Mulyani Indrawati, Ridwan Kamil, Moeldoko dan Puan Maharani.

Munculnya nama Budi Gunawan sebagai tokoh yang pantas mendampingi Joko Widodo dalam Pilpres 2019, tentunya akan semakin menambah pilihan bagi warga masyarakat untuk memilih yang terbaik.

*) TW Deora, pemerhati masalah strategis Indonesia. Tinggal di Cirendeu, Ciputat, Banten.

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent