Saracen Virus Perusak Persatuan

Saracen Virus Perusak Persatuan

Abstrak:

Kehadiran media internet sebagai media penembus batas yang telah banyak sekali digunakan oleh masyarakat, rupanya dalam perkembangan  dewasa ini bukan para aktor politik yang memanfaatkan untuk ajang black campaignuntuk menjatuhkan lawan politiknya,  kelompok kepentingan juga tidak mau kalah, nyatanya mereka juga menggunakan ruang media internet sebagai ajang kampanye merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Fenomena grup di Facebook bernama “Saracen” yang sejenis dengan cara diluar koridor kepatutan berdemokrasi yaitu marketing politik, tapi yang bertujuan menciptakan suasana tidak kondusif terhadap pemerintah saat ini. Target yang diharapkan oleh virus pemikiran Saracen mengkeruhkan situasi keamanan di Indonesia. Pemerintah dalam membangun dan menjalankan program pembangunan  memerlukan energi persatuan dan kesatuan jika hal ini dapat dirusaknya dan menimbulkan masalah sosial, diharapkan pemerintah tidak dapat fokus dalam menyelesaikan program pembangunanannya.Fenomena Saracen apakah sama dengan cara black campaign yang selalu muncul di konstestasi politik di Indonesia ?

Virus Black Campaign dan Saracen

Disadari atau tidak, kampanye politik dengan cara black campaign perlahan dan pasti telah merusak tatanan politik di Indonesia apalagi ketika Indonesia sudah masuk dalam tahapan demokratisasi yang sangat terbuka. Entah suka atau tidak, mau atau tidak mau dan diakui atau tidak, kebanyakan partai politik sudah lama dan kerap kali menggunakan strategi marketing politik dalam berkampanye, salah satu yang popular adalah dengan menggunakan strategi black campaign ini. Lantas apa yang membedakan situasi saat ini dengan munculnya fenomea Saracen di era pemerintahan Jokowi- JK. Kedua jenis virus tersebut memiliki ciri-ciri yang sama beritanya hoaks dan ajakan mengkotak-kotakan dan memprovokasi energi Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) untuk dibenturkan ditengah-tengah masyarakat sehingga yang terjadi ketegangan sosial, konflik, diskriminasi, xenophobia dan kekerasan.

Mencermati Ancaman yang sangat luar biasa tersebut, Presiden Joko Widodo menilai, kelompok Saracen yang menyebarkan hoaks di dunia maya sangat mengerikan dan harus segera diungkap sampai ke akar-akarnya. Ditingkat individu saja sangat merusak kalau informasinya itu tidak benar, bohong apalagi fitnah. Apalagi yang terorganisasi ini mengerikan sekali.

Menjadi pertanyaan apakah kelompok Sancen tersebut muncul secara alamiah karena perkembangan teknologi ataukah mereka yang kebablasan dalam beretika di dunia maya atau kelompok kepentingan yang anti pemerintah yang berupaya mencari ruang kelemahan untuk dibenturkan ditingkat masyarakat.

Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri mengungkap kelompok yang membentuk grup di Facebook bernama ” Saracen“. Grup tersebut menggunggah konten berupa meme yang berisi ujaran kebencian dan menyinggung suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Grup tersebut telah beraktivitas sejak November 2015. Sindikat itu memiliki jumlah anggota dengan 800.000 akun dengan struktur seperti organisasi.

Unggahan tersebut berupa kata-kata, narasi, maupun meme yang tampilannya mengarahkan opini pembaca untuk berpandangan negatif terhadap kelompok masyarakat lainnya.  Untuk memperluas segmen pasarnya Grup Saracen menggunakan media di Grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, Saracennewscom, dan berbagai grup lain yang menarik minat warganet untuk bergabung.

Nampaknya pengelola Saracen paham betul teori penyebaran hoax atau berita palsu/bohong. Pada dasarnya, penyebaran hoax umumnya mempunyai 3 pola yaitu pertama, informasi yang disebarkan memanfaatkan  kekisruhan opini publik hingga mudah mendapatkan perhatian masyarakat. Kedua, hoax umumnya memakai referensi pada orang yang dikenal publik kendati kerapkali informasi itu dipelintir, dipotong dan difabrikasi. Ketiga, penyebar hoax bergerak dalam sindikasi dengan menyebarluaskan informasi melalui berbagai media sosial.

Selain itu, mengungah kebecian tersebut berdasarkan pesanan yang memiliki tarif. Dalam kondisi seperti ini seolah-olah masyarakat diajak untuk belanja masalah (online problem) bukan diajak belanja kebutuhan dari jasa belaja (online shop). Masyarakat harus bijak dan waspada mencermati strategi yang dilakukan kelompok kepentingan tersebut untuk memecah belah bangsa. Sangatlah bijak seperti yang dikemukan Kepala Negara menanggapi fenomena Saracen itu, masyarakat diajak untuk selalu menggunakan media sosial untuk hal positif, menyampaikan optimisme, menyampaikan kabar baik, sekaligus menjaga kesantunan dan kesopanan, sebab bagaimanapun juga Saracen adalah ancaman non militer yang dapat menciptakan psychological warfare.

Cerdas Menggunakan Medsos

Perkembangan teknologi di bidang komunikasi juga yang mendukung media sosial ini semakin banyak mengalami perubahan dalam hal pemanfaatannya. Istilah cyberspace (ruang maya) yang ditemukan oleh penulis fiksi ilmiah William Gibson, telah menjadi istilah yang sering digunakan untuk menunjuk pada ranah komunikasi elektronik. Sangat tipis antara penerapan black campaign yang terjadi di saat momentum Pilkada dan Pilpres 2014 dengan Sancen yang lahir pasca Pilpres 2014 atau yang terkini pasca Pilkada DKI yang warna pembelahan sentimen primordial sangat kental sekali. Untuk saat ini paket online  problem yang ditawarkannya beraneka ragam sesuai pesanan. Namun ketika momentum Pilpres atau Pilkada pengkerucutan pesanan tersebut akan meningkat. Bisnis marketing politic dalam situasi negara demokrasi yang sangat tidak dapat ditolerir.

Menarik untuk mencermati pernyataan dari Anggota komisi II DPR RI dari fraksi Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai, hidup dan berkembangnya kabar bohong atau hoaks berkaitan dengan situasi politik nasional. Hoaks akhirnya menjadi ladang bisnis akibat situasi politik yang memungkinkan. Perkembangan teknologi dan media sosial masuk ke Indonesia secara masif sejak beberapa tahun lalu dan merupakan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Dari situ, terjadi perubahan pola konsumsi terhadap teknologi informasi pada masyarakat.

Virus Balck campaign dan Sancen yang sama-sama memiliki otoritas tersendiri dari representatif lawan politik yang tidak mendukung  program kerja pemerintah agar memunculkan efek kepada masyarakat agar menimbulkan pemahaman yang dianggap kurang baik, terutama dalam hal kebijakan publik. Ketua Setara Institute Hendardi menganggap, konten ujaran kebencian yang disebarkan kelompok Saracen melalui media sosial sangat berbahaya dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Apalagi, Indonesia akan dihadapkan dengan momen-momen politik seperti Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu Serentak 2019.Biasanya, konten-konten ujaran kebencian maupun berbau SARA ramai beredar di media sosial pada momentum politik seperti itu.

Pencegahan konten kebencian bukan hanya untuk mendukung pelaksanaan agenda-agenda politik elektoral, tetapi yang utama ditujukan untuk pencegahan kebencian, diskriminasi dan kekerasan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia untuk waspada dan harus cerdas dengan agenda kelompok kepentingan yang sudah terlihat memanfaatkan media sosial untuk tujuan politik dengan menjual beragam produk online masalahnya.

*) Agung Virdianto, mahasiswa Pasca Sarjana dan Komunitas Pengkajian Studi Perbandingan Ilmu Ekonomi-Politik

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent