Strategi Yahudi AS Menekuk Umat Islam di Indonesia
Adam Weischaupt adalah sosok manusia yang paling dikenal dikalangan zionis dan freemason. Tidak ada revolusi apa pun pada abad ini kecuali dihubungkan dengan nama dan cita-citanya. Revolusi Perancis, Revolusi Bolshevik Rusia, selalu berakhir pada mata rantai pemikiran dan strategi brilian dari pemikirannya.[1]
Selama lima tahun dia menyusun buku yang berjudul The Novus Ordo Seclorum yang berisi konsep-konsep, doktrin, serta teori tentang pemerintahan global. Buku tersebut selesai pada tanggal 1 Mei 1776 – sebagai penghormatan terhadap dirinya, tanggal 1 Mei dijadikan sebagai hari perayaan Komunis di seluruh dunia. Menurut Myron Pagan, langkah-langkah strategis yang ditulis oleh Weischaupt untuk mewujudkan ambisinya tersebut antara lain, sebagai berikut:[2]
- Iluminasi harus menguasai para pejabat tinggi pemerintahan dari beberapa tingkatan jabatan, bila perlu dilakukan cara-cara kotor dengan menyogok, baik dengan uang maupun perempuan. (Monetary and sex bribery was to used to obtain control of men already in high places in various levels of all governments and other field of endeavor).
- Iluminasi melakukan perekrutan terhadap aktivitas mahasiswa yang potensial, yang mempunyai bakat dan dari keturunan yang unggul untuk dilatih sebagai anggota Iluminasi yang prospektif di masa depan. (The Illuminati who were on the faculty of colleges and universities were to cultivate students processing exceptional mental ability and who belong to well-bred families with international leanings and recommend them for special training in international).
- Mereka yang sudah terperangkap dalam jaringan Iluminasi, termasuk mahasiswa yang telah dilatih dan diberikan pengetahuan khusus tentang dunia internasional, serta cita-cita Iluminasi akan dijadikannya sebagai agen Iluminasi di beberapa negara dan ditempatkan sebagai staf ahli atau spesialis yang mendampingi pejabat kunci pemerintah. (All influential people who were trapped to come under the control of Iluminati, plus the students who had been specially educated and trained, were to be used as agent and placed behind the scenes of all governments as experts and specialist).
- Iluminasi akan menguasai seluruh saluran media massa, baik media elektronik maupun cetak, memiliki dan mengontrolnya pemerintah sedemikian rupa sebagai satu-satunya solusi sehingga mampu membentuk opini publik. (They were to obtain absolute control of the press so that all news and information could be slanted to convince the masses that a one world government is the only solution to our many and varied problems. They were also to own and control all the national radio and TV channels).
Pada tahun 1848, Karl Marx menulis Manifesto Komunis[3] yang dipandu dan diarahkan oleh satu grup tingkat atas dari Iluminasi. Pada saat yang sama, anggota Iluminasi lainnya, yaitu Profesor Karl Ritter membuat anti tesis yang seakan-akan menantang buku Karl Marx. Padahal semuanya itu merupakan bagian dari strategi Iluminasi untuk memecah belah masyarakat, dan lebih memudahkan kelompok Iluminasi untuk melumpuhkan kedua kelompok yang saling berhadapan tersebut. Kemudian Iluminasi memutarbalikkan fakta dan “mencuci” otak kedua kelompok tersebut, lalu disuplainya senjata agar mereka saling memusnahkan satu sama lain.
Kita masih ingat bagaimana Yahudi AS terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 di Indonesia, dimana kekuatan PKI dibenturkan dengan golongan militer TNI AD dan umat Muslim dengan tujuan untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Pater Beek (keturunan Yahudi Belanda) dan juga CIA memanfaatkan Soeharto untuk mencapai tujuan tersebut. Akhirnya Presiden Soekarno jatuh dari kekuasaannya dan sejak tahun 1967 hingga sekarang Indonesia jatuh ke dalam pelukkan Yahudi AS.
Tidak salah kiranya seorang wartawan dan sarjana sejarah Amerika, Gary Allen, telah melakukan penelitian tentang kemungkinan adanya persekongkolan Barat-Timur dan hasil penelitian itu ia tuangkan dalam bukunya None Dare Call It Conspiracy (telah diterjemahkan dengan judul Menyingkap Konspirasi Kaum Superkaya). Di buku ini ia beberkan fakta sejarah yang tak akan pernah kita temukan dalam buku-buku sejarah, bahwa Revolusi Merah atau Revolusi Bolshevik 1917 yang menggulingkan Tsar Rusia ternyata dibiayai oleh bankir-bankir internasional dari Amerika Inggris dan Jerman, dan bahwa kemudian pihak swasta yang berkuasa di Barat itu secara rahasia dan terang-terangan memasok dana dan teknologi untuk membangun dan membesarkan sang “musuh”-nya itu. [4]
Kemudian Dr. Susan George dalam bukunya tersebut di muka telah mengutip pernyataan seorang profesor Harvard yang mengatakan bahwa politik Perang Dingin sengaja diciptakan sebagai alasan untuk melancarkan intervensi universal (Cold-war politics is one motive for intervention).[5]
Di sisi lain, Carnegie, Ford, dan Rockefeller adalah orang-orang yang dapat turut mengangkat dan menjatuhkan presiden serta menteri, tidak hanya di AS, tetapi juga di negara-negara lain. Kini mereka sudah meninggal dunia, tetapi lembaga-lembaga dan prinsip-prinsip yang mereka lahirkan terus berkembang di seluruh dunia. Hasilnya adalah orang-orang ambisius yang tidak hanya mempertahankan warisan kaum elit, tetapi juga berusaha mewujudkan pekerjaan mereka yang belum selesai, yaitu Pemerintahan Satu Dunia (One World Government). [6]
Menurut ahli ekonomi Indonesia, Dr. Sritua Arif:[7]
”Indonesia kembali menjadi tempat yang empuk bagi penghisapan surplus ekonomi oleh pihak asing. Data neraca pembayaran menunjukkan bahwa selama periode 1973-1990 nilai kumulatif arus masuk investasi asing 5.775 juta dollar AS telah diiringi dengan nilai kumulatif keuntungan investasi asing yang direpatriasi ke luar negeri sebesar 58.859 juta dollar AS. Ini berarti setiap 1 dollar investasi asing yang masuk telah diikuti dengan 10,19 dollar financial resources yang keluar… Dalam konteks ini Indonesia yang Merdeka sekarang ini dapat dikatakan merupakan replika dari Indonesia yang Terjajah pada zaman kolonial Belanda. Indonesia terus merupakan pemasok surplus ekonomi yang setia kepada pihak asing”.
Setelah itu, sejak Suharto berkuasa tahun 1967, maka IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia) didirikan di Den Haag, yang anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Italia, Jerman, Australia, Perancis, Belgia, Jepang, dan Kanada. Ada negara-negara yang hadir sebagai peninjau, seperti: Austria, Denmark, Norwegia, Selandia Baru, dan Swiss. Sedangkan lembaga-lembaga keuangan multilateral yang menjadi anggota forum adalah: IMF, IBRD, ADB, UNDP, dengan OECD sebagai peninjau.
IGGI diketuai oleh Belanda (bekas penjajah Indonesia) dan tujuannya untuk membantu Indonesia memulihkan perekonomiannya dengan cara memberi utang luar negeri kepada pemerintahan Suharto yang korup sehingga selamanya Indonesia akan ketergantungan dengan utang luar negeri.
Pada dekade 70-an, Office of The Special Prosecutor AS menemukan tindakan 400 korporasi AS yang memberi suap kepada pejabat di negara asing demi keuntungan bisnisnya[8], termasuk di Indonesia. Sejak Suharto berkuasa di Indonesia, kasus-kasus KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) begitu marak dan merajalela di seluruh lapisan pejabat negara bahkan hingga ke masyarakat kecil. Tak heran karena tahun 1957, Suharto pun saat menjabat sebagai Panglima Kodam Diponegoro terlibat korupsi dengan Liem Sioe Liong dan Bob Hasan.
Tata cara dan gerakan Iluminasi tidak mengenal moral, hukum, dan aturan kecuali satu, yaitu aturan yang telah dituangkan dalam “protokolat” (program) yang dibuat sebagai tata laksana atau prosedur para anggotanya.
Anda perhatikan di bawah ini adalah inti-inti isi dari kesembilanbelas Protokolat Yahudi sebelum dan setelah pembentukan negara Yahudi Israel pada 14 Mei 1948, antara lain:[9]
- Kebebasan politik bukan sebuah realita melainkan hanya sebuah konsep saja.
- Sesungguhnya rakyat itu bodoh. Barang siapa mendukung mereka maka ia akan tenggelam dalam perselisihan yang akan menghalangi setiap kemungkinan untuk berjumpa dan berkumpul. Setiap keputusan demi kemaslahatan rakyat pada dasarnya bersumber dari kebodohan dan ketidak-tahuan akan rahasia-rahasia politik. Hal itu akan membawa pada kekacauan dan ketidakstabilan keamanan. Bila rakyat telah mendapatkan kebebasannya maka yang akan timbul adalah kekacauan, keributan, dan chaos.
- Kita-lah yang pertama kali meneriakkan istilah kebebasan, persamaan derajat, persaudaraan. Istilah-istilah ini tidak henti-hentinya kita ulang dengan tujuan kosong di setiap tempat. Kita mengharamkan dunia ini untuk menyeru itu semua dan menghalangi setiap usaha yang membawa kepada keberhasilan slogan itu.
- Ketika kita memegang tampuk kepemimpinan maka kita harus menghilangkan kata-kata kebebasan itu dari pikiran masyarakat karena kata-kata itu merupakan sebuah kekuatan yang sangat mengerikan dan membahayakan yang akan merubah sebuah masyarakat menjadi hewan-hewan buas yang haus darah.
- Menaikkan upah para pekerja. Akan tetapi di waktu yang sama kita naikkan harga barang-barang pokok sehingga para pekerja kembali meminta kenaikan upah tersebut. Dengan begitu pabrik akan hancur dan para pekerja ribut dengan masalah kenaikan upah dan sebagainya.
- Meletakkan orang-orang kita pada posisi-posisi penting di sebuah pemerintahan. Orang-orang yang kita letakkan tersebut adalah orang-orang yang memang tidak dapat dipercaya, buruk kelakuan dan akhlaknya. Hal itu sengaja dilakukan agar kelakuan mereka itu menjadi sebab pemisah antar orang Yahudi dan pemimpin tersebut. Dengan begitu mereka akan menjadi kaki tangannya orang-orang Yahudi dan akan memperjuangkan kepentingannya.
- Kita akan rusak generasi-generasi muda bangsa lain dengan teori dan faham yang merusak.
- Bila kita bisa sampai pada pendirian sebuah pemerintahan republik maka mungkin kita akan meletakkan pengganti Raja Suci dengan seorang penjaga kebun untuk memegang tampuk pimpinan ini. Kita akan memilihnya dari orang-orang awam, rakyat jelata yang bermasalah dan memiliki banyak catatan hitam dalam hidupnya. Pemimpin yang seperti ini akan sangat bermanfaat bagi kita karena ia akan merasa takut diketahui identitas dirinya yang sesungguhnya. Ia akan selalu tunduk karena kekhawatiran yang selalu menyelimuti dirinya.
- Peran media masa dan informasi sangat besar pengaruhnya. Ia mampu membangkitkan gairah dan pengorbanan yang itu sangat kita butuhkan. Tetapi setelah kemenangan kita nanti semuanya akan berubah. Kita akan mengontrol media secara tegas. Kita akan kuasai segala jenis penerbitan. Kita tetap akan menerbitkan jurnal, majalah, koran yang tidak sejalan dengan tujuan kita namun kita bebani dengan pajak yang mencekik dan membredel koran, jurnal, majalah yang selalu mengkritik ataupun mengkritisi kita. Kita juga akan menguasai kantor-kantor berita agar supaya berita yang disampaikan selalu berada dibawah kontrol kita.
- Revolusi yang menentang kita bagaikan gonggongan anjing pada seekor gajah. Gajah hanya perlu sedikit menunjukkan kekuatannya yang dahsyat itu agar gonggongan anjing itu langsung berhenti dan hanya bisa mengibas-ngibas ekornya saat melihat gajah tersebut. Untuk mencabut keberanian seorang kriminal politik maka ia akan diletakkan di dalam sel yang penuh dengan pencuri, pembunuh, pemerkosa, dan segala bentuk penjahat lainnya.
Gerakan rahasia Iluminasi berkembang dengan jaringan yang “menggurita” dikarenakan dukungan dari keluarga Rothchild.[10] Meyer Amschel Rothchild (1743-1812) merupakan tokoh perbankan yang sangat dominan di Jerman dan disebut sebagai dinasti karena keturunannya memegang jaringan kerajaan dunia perbankan di Eropa dengan ambisi-ambisinya untuk menguasai perekonomian dunia. Salah satu ucapan Rothchild yang terkenal adalah:
“Beri aku kesempatan untuk mengendalikan ekonomi suatu bangsa, dan aku tidak akan pedulikan siapa yang berkuasa (give me control over a nations economic, and I don’t care who writes its laws).”
Motto Rothchild ini memberikan kekuatan serta dorongan seluruh anggota Iluminasi untuk tidak melewatkan segala aspek yang menggiring mereka pada diktator ekonomi yang mampu menguasai dan mengendalikan pemerintahan di pelosok dunia. Bahkan, salah satu Presiden Amerika ke-20, yaitu James Abram Garfield yang juga anggota Iluminasi berkata,
“Barangsiapa mengendalikan uang atau perekonomian suatu bangsa, maka ia akan menguasai bangsa tersebut (whomever that control the money or economic of nation, they would control the nation too).”
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sejak tahun 1967 hingga sekarang telah dikuasai oleh komunitas Yahudi AS, bahkan sekarang sudah berdiri IIPAC (Indonesia-Israel of Public Affairs Committee) seperti AIPAC di Amerika Serikat. Bukan rahasia umum lagi bahwa Pilpres di Indonesia dikendalikan oleh lobi Yahudi IIPAC, yang mana Pilpres tahun 2004 dan 2009 dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden Indonesia.
Berapa banyak perusahaan komunitas Yahudi AS yang beroperasi di Indonesia? Anda tentu lebih tahu!
[1] Toto Tasmara, Dajal & Simbol Setan, Gema Insani, Jakarta 1999, Cetakan Pertama, Shafar 1420 H – Juni 1999 M, hlm. 20.
[2] Ibid., hlm. 22.
[3] Ibid., hlm. 24.
[4] Susan George dan Ahmad Munief (editor Eggi Sudjana, SH., Msi, Indonesia Baru Penjajahan Baru, Papyrus Semarang, Cetakan Pertama Oktober 1999, hlm. 22.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 152.
[7] Susan George dan Ahmad Munief., Op.Cit., hlm. 11.
[8] Kompas, “Obama dan Rezeki Minyak Kita”, 14 Maret 2010.
[9] Ahmad Syalabi, Sejarah Yahudi & Zionisme, Cet. I: Yogyakarta, Arti Bumi Intaran, 2006, hlm. 286-294.
[10] Rothchild adalah miliuner Yahudi kelahiran Jerman yang kemudian mengembangkan konspirasi Lembaga Keuangan Internasional antara lain Bank Dunia dan IMF.
*) Drs. Wibowo, Editor buku SBY Antek Yahudi AS? (Penulis Dr. Eggi Sudjana, S.H, M.Si) & Editor Jurnal STISIP SYAMSUL ULUM Sukabumi.