Analisis Kekuatan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Pilkada DKI 2017

Analisis Kekuatan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Pilkada DKI 2017

Jika tidak ada halangan maka Pilkada DKI 2017 akan diikuti oleh tiga pasang calon. Ketiga pasang tersebut adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (BTP-DSH), Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni (AHY-SM), dan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno (ARB-SSU). Pasangan pertama BTP-DSH diusung oleh 4 parpol yaitu Nasdem (5 kursi), Hanura (10 kursi), Golkar (9 kursi) dan PDIP (28 kursi) dengan jumlah total 52 kursi. Pasangan kedua AHY-SM diusung oleh 4 parpol yaitu Partai Demokrat (10 kursi) , PPP (10), PKB (6), PAN (2), dengan total pendukung  28 kursi. Pasangan ketiga ARB-SSU didukung oleh dua parpol, yaitu Gerindra (15 kursi) dan PKS (11) dengan total pendukung 26 kursi.

Beberapa hal yang mengejutkan atau diluar kebiasaan dinamika politik di Indonesia terjadi pada tahapan Pilkada DKI kali ini. Ketiga Calon Gubernur yang diusung tidak ada yang berasal dari kader partai. Basuki Tjahaja Purnama bukan, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Anies Rasyid Bawesdan bukan anggota partai politik. BTP memang pernah menjadi anggota parpol, Anies Bawesdan juga pernah mengikuti konvensi calon presiden dari partai Demokrat. Namun kali ini Calon Gubernur yang diusung tidak ada yang berasal dari kader partai pengusungnya langsung. Calon Wakil Gubernur untuk pasangan pertama berasal dari kader PDI Perjuangan, pasangan kedua berasal dari PNS, dan pasangan ketiga berasal dari kader Partai Gerindra.

Dari berbagai survey yang telah dilakukan maka Basuki Tjahaja Purnama mempunyai elektabilitas tertinggi. Sementara calon lain hampir tidak terbaca elektabilitasnya karena muncul pada menit-menit terakhir. Beberapa nama yang sempat muncul dan sempat membangun citra seperti Yuzril Ihza Mahendra, Sjafrie Sjamsoeddin, Rizal Ramli, Ahmad Dani ternyata namanya tidak terpilih oleh parpol yang berhak mengusung.

Ketiga pasangan tersebut  membawa kelegaan karena figur yang muncul tidak menggambarkan akan membawa isu-isu SARA dan isu primordial. Hal ini membuktikan bahwa parpol pengusung sadar bahwa isu-isu tersebut tidak laku atau tidak mempunyai daya tarik bagi para pemilih, walaupun fakta menunjukkan masih ada kelompok tertentu yang gemar memainkan isu SARA untuk menjatuhkan oposisi. Dari pernyataan dan gambaran calon maka harapan agar calon gubernur dan wakil gubernur mengedepankan gagasan pembangunan menguat.

Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat

Secara hitungan di atas kertas pasangan BTP-DSH mempunyai jumlah pendukung paling banyak. Selain itu dari harsil berbagai survey, pasangan BTP-DSH mempunyai tingkat elektabilitas yang cukup tinggi. Posisi sebagai pasangan petahana membawa keuntungan tersendiri bagi BTP-DSH.

Kekuatan dari BTP-DSH adalah tingkat dukungan dan kepercayaan yang cukup tinggi. Selain itu BTP-DSH mempunyai kinerja dan pembaruan selama menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Pasangan ini juga terkenal tegas dan tidak mengenal kompromi sehingga membawa nilai lebih dimata pemilih yang menginginkan perubahan. Hasil kerja yang sudah bisa dirasakan seperti penanganann pemukiman kumuh di jalur hijau, pengelolaan kebersihan melalui PPSU membawa nilai sendiri. Pasangan BTP-DSH mempunyai peluang paling besar untuk memenangkan Pilkada DKI 2017 ini.

Kelemahan dari BTP-DSH adalah gaya komunikasi BTP yang cenderung menjadi sasaran tembak dari oposisi. Isu SARA kemungkinan akan menjadi peluru untuk menyudutkan BTP, walupun kemungkinan isu SARA ini hanya akan sedikit mempengaruhi para pemilih. Keputusan-keputusan petahanan seperti penggusuran akan dimanfaatkan oleh opisisi dengan baik.

Saran jika BTP-DSH ingin memenangkan Pilkada DKI maka sebaiknya jaga pola komunikasi dengan pihak lain. BTP-DSH bisa menggunakan juru bicara atau tim kampanye untuk berkomunikasi dengan rakyat. Jika tidak bisa menggunakan juru bicara maka langkah terbaik bagi BTP-DSH adalah mengendalikan diri untuk tidak terlalu banyak bicara. Jangan memperkecil peluang kemenangan yang sudah besar hanya dengan berbicara yang tidak perlu.

Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni

Pasangan AHY-SM muncul dengan mengejutkan publik terutama munculnya nama AHY. AHY harus mengorbankan karir militernya yang cukup bergensi dan mulus untuk berbelok ke dunia politik. AHY digadang-gadang dapat meraih suara dari kalangan anak muda. Sementara pendampingnya SM diharapkan dapat melengkapi AHY yang belum berpengalaman dalam bidang politik dan birokrasi.

Kekuatan dari AHY-SM adalah AHY mempunyai pengalaman militer dan pendidikan yang cukup prestisius. Agus yang masih muda diharapkan membawa daya tarik tersendiri bagi para pemilih muda di Jakarta. SM yang matang di birokrasi diharapkan dapat meraih suara dari kalangan birokrat, kaum perempuan dan pemilih dari suku betawi. AHY didukung oleh tiga partai besar berbasiskan Islam yang diharapkan akan lebih banyak mendulang suara. Dukungan dari Partai Demokrat dan SBY diharapkan mampu membangun citra selama lima bulan ini.

Kelemahan dari AHY-SM adalah AHY belum berpengalaman di bidang politik. AHY cenderung akan diremehkan, karir di militernya belum mencapai puncak, masih ditengah-tengah. AHY masih dianggap terlalu dini.

Saran bagi AHY-SM adalah dengan memanfaatkan waktu lima bulan ini untuk melakukan investasi sosial dengan maksimal. AHY-SM sebaiknya fokus pada kelompok-kelompok pemilih yang menguntungkan AHY-SM seperti kaum muda, PNS, pemilih perempuan dan masyarakat betawi. Parpol pengusung AHY-SM yaitu PPP, PAN, dan PKB dapat digerakkan untuk mendulang suara dari basis masyarakat Islam. AHY-SM harus mempu menjual gagasan lebih dari pasangan lain mengingat warga Jakarta sekarang cenderung realistis dan melihat bukti.

Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno

Hitung-hitungan kertas pasangan ARB-SSU mempunyai dukungan paling kecil dibanding pasangan lain. Pasangan ini hanya diusung oleh dua parpol yaitu Partai Gerindra dan Partai PKS. ARB yang lebih banyak berpengalaman di bidang pendidikan diharapkan mampu mendongkrak suara dibandingkan dengan SSU yang masih cenderung baru di dunia politik.

Kekuatan dari pasangan ARB-SSU adalah pasangan ini relatif bersih dan tidak ada citra negatif yang melekat. Meskipun ARB dihentikan jabatannya ketika menjadi Menteri Pendidikan, namun hampir sulit dicari stigma negatif pada ARB. SSU yang sebelumnya lebih banyak berkecimpung di bidang bisnis tentu saja secara politik mempunyai citra bersih.

Kelemahan ARB-SSU adalah pasangan ini cenderung biasa-biasa saja atau hanya pada garis rata-rata. ARB lebih populer di bidang pendidikan meskipun diakhiri jabatannya sebelum periode menjadi Menteri Pendidikan habis. Prestasi SSU bagi publik belum terlihat jelas.

Saran bagi ARB-SSU untuk mendulang suara bagi kemenangan mereka adalah dengan memanfaatkan basis masyarakat pendukung Gerindra dan PKS yang terkenal militan. ARB-SSU sebaiknya menyapikan gagasan-gagasan yang realistis, tidak hanya sekedar baru, mengingat pasangan petahana sudah menjalan program yang berdasarkan survey dianggap berhasil oleh sebagian besar masyarakat Jakarta.

Kesimpulan 

Pilkada DKI Jakarta 2017 akan diikuti oleh tiga pasangan. Ketiga pasangan ini membawa harapan besar bagi masyarakat Jakarta. Isu-isu SARA dan primordial tidak tergambar dari ketiga pasangan. Hal ini tentu membawa arah positif bagi demokrasi di Jakarta sebagai barometer Indonesia.

Peluang kemenangan terbesar tentu saja ada pada pasangan petahana. Prediksi dari penulis adalah Pilkada DKI Jakarta 2017 akan berlangsung selama dua periode dan pada periode kedua nanti kemungkinan akan diikuti oleh pasangan BTP-DSH dan pasangan lainnya.

Apapun hasilnya Pilkada DKI Jakarta 2017 ini menggambarkan bagaimana demokrasi Indonesia yang semakin dewasa dan semakin baik. Proses politik yang semakin baik ini tentu saja diharapkan akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik.

*) Stanislaus Riyanta, alumnus Program Pascasarjana S2 Kajian Startejik Intelijen Universitas Indonesia, tinggal di Jakarta.

 

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent