ISIS dan Gerakan Radikal Kanan di Indonesia

ISIS dan Gerakan Radikal Kanan di Indonesia

Saat ini pergerakan kelompok Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) bisa dikatakan cukup intens dan berkembang di beberapa wilayah Asia, seperti negara Filipina dan Indonesia. Terkait hal ini perkembangan ISIS dikedua negara ini didukung oleh kelompok radikal kanan di negara tersebut, dari Filipina adalah kelompok Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF) dan Abu Sayyaf sedangkan di Indonesia adalah Jemaah Anshorut Tauhid yang dipimpin Abu Bakar Baasyir, Mujahidin Indonesia Barat dan Mujahidin Indonesia Timur dipimpin Santoso, Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi).

Secara umum, kelompok-kelompok tersebut memberikan dukungannya terhadap kekhalifahan bentukan Abu Bakr al-Baghdadi. Selain itu adanya dukungan pergerakan ISIS di dunia maya oleh BIFF, dengan cara merilis video dukungan kepada ISIS di YouTube. Dalam video ini, pemimpin BIFF dikelilingi orang-orang bersenjata membacakan pernyataan dukungan kepada ISIS. Disisi lain, demi mendukung perjuangan ISIS maka diperlukan massa atau volunteer bentukan Nasir, dalam rangka memberikan bantuan secara langsung ke Suriah. Hal serupa juga dilakukan oleh kelompok radikal kanan di Poso.

Dalam perkembangannya, kelompok ISIS di Indonesia tidak hanya berada di satu titik, mengingat dukungan terhadap ISIS antara lain, berada di Jakarta, Bandung, Malang, Solo, dan lokasi lain. Saat ini perkembangan ISIS sendiri telah dirasakan di tanah Aceh, dengan bergabungnya Kelompok Facruddin alias Din Robot. Hal ini tentunya menunjukkan semakin tersebar luasnya pemahaman ISIS di tanah air Indonesia, mengingat kelompok ini telah mampu memanfaatkan penggalangan melalui media sosial atau dunia maya secara efektif.

ISIS dan Lone Wolf

Lone Wolf sendiri tidak lain adalah gerakan dalah istilah suatu kejahatan kekerasan (terorisme) dengan memberi dukungan terhadap suatu ideologi, gerakan dan kelompok tertentu,  namun pelakunya adalah pejuang tunggal yang sama sekali terlepas dari organisasi atau struktur kelompok tersebut, bisa dikatakan pejuang tunggal ini hanya merupakan simpatisan individual yang melakukan aksinya sendiri atas inisiatif sendiri tanpa komando kelompok tersebut. Dalam aksinya Lone Wolf bisa dikatakan belum efektif jika dibandingkan dengan kelompok yang teroganisir tetapi ini bukan ukuran untuk meremehkan fenomena ini, justru dengan ini kita masyarakat harus faham dan waspada akan bahaya penyebaran informasi di dunia maya, sehingga diperlukan pengawasan yang cukup ketat di dunia maya.

Namun dalam perkembangannya sendiri, Lone Wolf tidak lain juga merupakan jaringan ISIS yang  perekrutannya dan doktrinasinya dilakukan oleh ISIS melalui media sosial. Aksi-aksi Lone Wolf sendiri telah terjadi di beberapa tempat seperti kejadian tabrakan pengendara truk di kerumuman orang saat perayaan “Bastile Day.”

Mengamati dinamika ini tentunya dapat dinilai bahwa betapa besar ancaman yang diberikan ISIS terhadap pergerakan teror di Indonesia, sehingga secara langsung telah menganggu kenyamanan maupun keamanan bersama masyarakat. Selain itu proses doktrinasi dari media internat telah dimanfaatkan secara optimal, mengingat banyaknya aksi Lone Wolf yang akshir-akhir ini sempat terjadi di Mapolresta Surakarta,yang tepatnya terjadi menjelang hari raya Idul Fitri.

Ancaman ISIS di Indonesia

Pada dasarnya tujuan dari gerakan ISIS tidak lain adalah membentuk Khilafah Islamiyah, yang sangat berbeda dengan tujuan Founding Fathers Indonesia. Mengingat negara Indoensia bersifat Plural namun memiliki nilai “Bhinneka Tunggal Ika”. Hal ini sudah cukup jelas bahwa ideologi yang oaling sesuai dan dapat mencakup keberagaman masyarakat Indoensia adalah “Pancasila”, yang sampai saat ini dan seterusnya akan selalu menjadi landasan Negara Republik Indonesia.

Berkembangnya pergerakan ISIS di Indonesia secara tidak langsung dilakukan dengan cara memanfaatkan atau merangkul kelompok-kelompok radikal kanan di daerah setempat agar mendapatkan jaringan maupun massa yang cukup untuk menjalankan missinya. Mengingat citra muslim Indonesia bukan umat muslim yang suka bersikap kekerasan melainkan yang ramah, dengan toleransi tinggi antara masyarakat.

Sedangkan ISIS sendiri jika berdasarkan sejarahnya dibentuk atas dasar konflik dinegara setempat, sehingga nilai-nilai ISIS jelas sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai umat muslim di Indonesia. Mengingat sejak masuknya faham ISIS yang dibawa oleh kelompok-kelompok tersebut telah menyebabkan kekacauan di beberapa daerah, sebagai contohnya di Poso. Saat ini diindiksikan bahwa kelompok ISIS sedang melakukan manuver di daerah Aceh yang tujuannya tidak lain untuk mengoalkan Khilafah Islamiyah di tanah NAD. Hal ini tentunya tidak harus terjadi karena ha lini tidak lain hanya untuk kepentingan politik ISIS di mata dunia.

Menyikapi hal ini sudah sewajarnya kita menolak keras faham ISIS di wilayah NKRI, mengingat nilai dan pergerakan yang dilakukan di Indonesia hanya menimbulkan masalah serta menganggu stabilitas keamanan negara. Pada umumnya tujuan dari kelompok ini tidak lain adalah menebarkan ketakutan kelompok masyarakat agar mengikuti faham kelompok ISIS, namun ini tidak akan terjadi di Indonesia karena kita atas nama masyarakat Indoenesia tidak takut, justru secara tegas kita akan menolak bahkan menlawan pergerakan ini. Pergerakan ISIS sangat tidak sesuai dengan Pancasila yang merupakan lambang maupun dasar Negara Republik Indonesia.

*) Almira Fadillah, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gunadharma Jakarta

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent