Mencegah dan Melawan Aksi Intelijen Asing di Indonesia

Mencegah dan Melawan Aksi Intelijen Asing di Indonesia

Sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan dengan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia mempunyai daya tarik yang besar bagi pihak lain. Kepentingan pihak lain (asing) terhadap Indonesia terutama terkait melimpahnya sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan pangan dan energi serta banyaknya penduduk yang dapat dijadikan pasar bagi komoditas atau barang dari luar negeri.

Daya tarik tersebut di atas menjadi suatu kerentanan Indonesia dari arena permainan intelijen asing. Pihak oposisi Indonesia menjalankan kepentingannya dengan cara terbuka dan tertutup. Cara-cara tertutup inilah yang dikendalikan dan dilakukan oleh intelijen. Kerentanan suatu entitas selain dipengaruhi oleh daya tariknya, juga dipengaruhi oleh kemudahan untuk diserang. Sistam pertahanan dan keamanan yang kurang baik akan menjadi kerentanan suatu entitas sehingga memudahkan ancaman terjadi. Wilayah Indonesia yang sangat luas dengan batas-batas wilayah yang sulit diawasi seperti di laut dan hutan membuat Indonesia mudah disusupi  oleh pihak oposisi.

Indikasi adanya permainan intelijen asing di Indonesia dapat terlihat di berbagai peristiwa. Kerusuhan di Tolikara misalnya. Kerusahan tersebut terjadi pada 17 Juli 2015. Tempat ibadah dan bangunan tempat tinggal dibakar. Kerusahan dengan isu SARA ini menjadi unik karena diketahui muncul simbol-simbol yang menyerupai lambang negara Israel.

Jika ditarik mundur maka peristiwa yang berhubungan dengan Israel di Indonesia adalah pidato Presiden Joko Widodo pada acara pembukaan Konferensi Asia Afrika di Bandung (22/04/15). Dalam pidato tersebut Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa “Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka”. Jika sesudah pidato tersebut kemudian terjadi kerusahaan dan diketemukan simbol-simbol negara Israel tentu asumsi bahwa dua peristiwa tersebut berhubungan dan melibatkan pihak asing sangat masuk akal.

Peristiwa kerusuhan di Tanjung Balai Sumatera Utara (29/07/2016) yang bermotif SARA perlu dicermati terkait kemungkinan sebagai permaintan intelijen asing. Peristiwa di Tanjung Balai terjadi pada saat pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan program tax amnesty. Program tax amnesty tentu saja membuat berang pihak-pihak asing tempat mengendapnya dana dari pengusaha Indonesia. Jika program tax amnesty ini berhasil maka akan terjadi penarikan dana dari luar negeri untuk dibawa ke Indonesia.

Kerusahan Tanjung Balai akan menciptakan citra Indonesia sebagai negara yang tidak aman. Dengan citra sebagai negara yang tidak aman maka akan membuat pengusaha enggan untuk menempatkan dananya di Indonesia. Alur kerusuhan bermotif SARA di Tanjung Balai dan program tax amnesty sangat logis.

Peristiwa-peristiwa besar di Indonesia yang kemungkinan adalah skenario pihak intelijen asing seperti Gerakan 30 September, Peristiwa Malari, Lepasnya Timor-Timur, Kerusahan 98. Aksi intelijen, karena sifatnya yang tertutup dan terencana secara rapi oleh orang-orang yang terlatih, meskipun bisa dicegah atau digagalkan, akan sulit dibuktikan.

Antisipasi

Intelijen asing selain menciptakan propaganda dan penggalangan terhadap warga Indonesia, mereka juga menciptakan suatu pendadakan strategis. Aksi pendadakan strategis oleh pihak oposisi terhadap Indonesia ini menyebabkan kekecauan bahkan menimbulkan korban. Pendadakan strategis sulit diantisipasi karena dilakukan secara terencana dan sistematis, menimbulkan kepanikan dengan memanfaatkan celah-celah kerentanan.

Untuk melawan aksi intelijen pihak asing di Indonesia maka diperlukan suatu pengetahuan, organisasi, dan aksi kontra intelijen. Secara kemampuan Indonesia sudah mempunyai kemampuan untuk melakukan kontra intelijen, namun gencarnya kepentingan pihak asing yang besar terhadap Indonesia tentu saja tidak sebanding dengan kemampuan/pengetahuan, organisasi dan anggaran kontra intelijen yang sudah ada.

Pemerintah harus berani untuk mengambil langkah terobosan yang strategis guna menguatkan dan meningkatkan kapasitas kontra intelijen di Indonesia. Penguatan dan peningkatan kapasitas kontra intelijen ini menyeluruh meliputi aspek pengetahuan dan kemampyan, organisasi dan tentu saja anggarannya.

Dukungan pemerintah terhadap intelijen negara mutlak diperlukan. Intelijen mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan dini atas ancaman bagi negara. Ancaman-ancaman yang semakin berkembang dengan macam-macam bentuk dan arah semkin sulit dikenali dan dicegah jika intelijen negara tidak meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kapasitasnya.

Bahkan langkah-langkah pelemahan intelijen negara di Indonesia dimungkinkan menjadi permainan intelijen asing untuk membuat intelijen Indonesia tidak berdaya atau sesuai arahan skenario asing. Kinerja dan sistem intelijen negara bisa dipengaruhi dan diintervensi oleh pihak oposisi melalui Undang-Undang, anggaran, dan kritik oleh lembaga swadaya masyarakat.

Kesimpulan

Indonesia adalah negara besar dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Modal ini menjadi ancaman bagi pihak lain. Kepentingan pihak lain untuk menguasai pangan, energi, dan menjadikan Indonesia sebagai pasar bagi produk-produk mereka membuat Indonesia menjadi arena permainan intelijen asing.

Untuk mencegah ancaman intelijen asing di Indonesia maka perlu dilakukan penguatan kontra intelijen di Indonesia. Penguatan tersebut harus dilakukan di berbagai aspek seperti pengetahuan dan kemampuan, organisasi, dan anggarannya.

Ancaman-ancaman terhadap negara, yang bersifat simetris maupun asimetris akan terus mengintai Indonesia. Cara efektif untuk menghindari ancaman adalah dengan menutup rapat kerentanan keamanan dan pertahanan di Indonesia dan mencegah ancaman-ancaman tersebut terjadi dengan cara melakukan aksi kontra intelijen. Jika Indonesia tidak ingin menjadi bulan-bulanan pihak asing maka penguatan kontra intelijen adalah jawabannya.

*) Stanislaus Riyanta, analis keamanan dan terorisme, alumnus program pascasarjana S2 Kajian Stratejik Intelijen di Universitas Indonesia, tinggal di Jakarta.

 

 

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent