Waspada Kebangkitan Komunisme
Dalam Simposium Nasional dengan tema “Mengamankan Pancasila Dari Ancaman PKI dan Idiologi Lain” yang digelar di Jakarta belum lama ini, Letjen TNI Purn Kiki Syahnakri mengatakan, komponen bangsa perlu dipersatukan untuk mencegah komunisme, membangun kesadaran bangsa bahwa PKI telah melakukan pemberontakan berkali kali. Menurut mantan KSAD ini, ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tidak pantas hidup di Indonesia. Pemerintah untuk menghadapi musuh-musuh negara khususnya PKI. Saat ini telah beredar idiologi-idoiologi lain yang bertentangan dengan Pancasila di Indonesia khususnya Marxisme, Leninisme dan Komunisme. kalau dibiarkan tanpa upaya serius maka kedepan Pancasila dan NKRI hanya akan menjadi fosil dan sejarah masa lalu.
Sebelumnya, dalam seminar nasional bertema “Menghadapi Kebangkitan PKI dan Menyikapi Propaganda Komunis di Indonesia” di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Drs. Alfian Tanjung, M.Pd menyatakan, PKI memutarbalikkan fakta bahwa umat Islam yang membunuh PKI, betapa bahayanya ideologi Komunis, PKI menggunakan teori setan yaitu mereka tidak diketahui tetapi dampaknya luar biasa.
“Ada sepuluh langkah mengapa Komunis bangkit, yaitu kemunculan kelompok studi sebagai komposisi gerakan mahasiswa kiri, kemunculannya sistematik dengan isu kerakyatan, penataan gerakan dengan landasan Kritik Auto Kritik yang diwujudkan dengan organisasi tanpa bentuk, muncul secara terbuka seperti PRD, buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI” dan “Anak PKI Masuk Parlemen”, amandemen Pasal 60 G UU Pemilu No. 12 Tahun 2003,” kata Ketua Gerakan Nasional Patriot Indonesia (GNPI).
Dalam pengajian rutin bulan suci Ramadhan 1437 H bertema “Mengungkap Bangkitnya PKI dan Pemutar Balikan Fakta Sejarah”, diselenggarakan Takmir Masjid Istiqlal Mandiri Center, Jawa Tengah, Mayjen (Purn) Kivlan Zein menyatakan, PKI merupakan musuh yang nyata bagi umat Islam, akan tetapi munculnya PKI jarang dianggap oleh masyarakat, banyak yang mengatakan permasalahan Komunis hanya menghabiskan waktu dan tenaga saja. PKI menginginkan negara meminta kepada orang-orang PKI, jika Negara meminta maaf berarti negara salah besar, karena fakta yang sebenarnya adalah orang-orang PKI lah yang pertama kali membunuh dan membantai para TNI dan ulama Islam.
“Untuk menghadapi bangkitnya PKI, kita harus memasang mata dan telinga di desa, dengan harapan mempermudah pengawasan terhadap munculnya lambang-lambang atau orang-orang PKI,” kata mantan Kakostrad.
Indikasi Kebangkitan Komunisme
Di era reformasi saat ini, para pendukung ideologi komunisme di Indonesia mempunyai peluang sangat luas dengan indikasi di beberapa daerah misalnya pada Juni 2016 ditemukan coretan tulisan dan gambar logo Palu Arit dengan menggunakan cat semprot warna hitam dengan tulisan “Ketakutan Yang Tidak Perlu dari Sumber Ketidaktahuan!!” dengan lambang Palu Arit di Fly Over, Makassar, Sulawesi Selatan. Kejadian yang sama pernah ditemukan di Pasar Sukaramai, Bengkong ditemukan sticker berlambang palu arit yang ditempel dibawah meteran listrik sebuah Ruko.
Sedangkan di lokasi Pasar Minggu, Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah pada awal Juni 2016, aparat menangkap pedagang pakaian asal Medan, Sumatera Utara, karena menjual sebanyak 2 helai baju kaos bergambar Palu Arit. Di Sawangan, Magelang, juga pernah disita oleh aparat beberapa kaos berwarna putih bergambar menyerupai palu arit. Menurut warga setempat, kaos tersebut adalah identitas kelompok penambang pasir “Over Dosis” di Alur Sungai Apu, Kecamatan Selo, Boyolali dan dicetak sebanyak 100 buah.
Komunitas komunisme juga ternyata tidak menyerah dalam menyosialisasikan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, misalnya dengan membentuk NGO yang sedang melakukan kelas tertutup tentang pendidikan teori Marxisme, bertujuan untuk mempengaruhi mahasiswa mengikuti gerakan kiri sosialis. Kurikulum yang diajarkan antara lain Kelas Das Capital Karl Marx mengambil referensi dari buku Karl Marx, berjudul “Das Capital” Vol 1, dan David Harvey berjudul “A Companion to Marx’s Capital”.
Kelompok pendukung komunisme selalu berpendapat PKI adalah partai yang pro rakyat dan konsisten untuk membela kepentingan rakyat sejak masa kepemerintahan Soekarno hingga saat ini. Buruknya citra PKI disebabkan adanya pihak yang merasa terancam dengan eksistensi PKI yang dekat dengan rakyat dan mampu menggalang simpati masyarakat, sehingga mereka memutarbalikkan fakta sejarah dan akhirnya PKI diidentikkan dengan pemberontak.
Pemutaran film “Pengkhianatan G 30S/PKI” dalam rangka orientasi siswa baru juga dilaksanakan untuk mencegah kebangkitan komunisme. Apalagi sekarang ini banyak pihak prihatin atas maraknya berita akan bangkitnya PKI di Indonesia, ada kesan generasi muda kurang memahami tentang sejarah penghianatan PKI yang dikenal dengan Gerakan 30 September 1965 (G 30S/PKI). Pemutaran film tersebut dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang sejarah khususnya tentang kekejaman PKI.
Bagaimanapun juga, semua pihak untuk bisa mewaspadai masuknya ideologi komunis di tengah tumbuh kembangnya anak-anak, karena akhir-akhir ini semakin banyak atribut-atribut PKI yang dipakai oleh anak-anak muda, menunjukkan bahwa “Ideologi Komunis” mulai bangkit lagi.
Perlunya pembinaan melalui sosialisasi untuk kalangan pelajar SLTP, SLTA hingga perguruan tinggi serta ormas-ormas kepemudaan sejarah kelam bangsa ini tetap diingat generasi muda Indonesia dan menjadi pelajaran bagi mereka pengkhianatan PKI tidak terulang lagi dengan cara pemerintah menyelenggarakan sosialisasi Pancasila sesuai dengan teknik pengenalan generasi muda terhadap Pancasila dari materi dan cara/methodologinya harus disesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini agar lebih menarik disamping itu juga perlunya Kegiatan meningkatkan kewaspadaan nasional dengan harapan para penerus bangsa ini dapat mengenali dan mencegah upaya-upaya yang akan dilakukan sekelompok orang untuk mengganti ideologi Pancasila.
*) Datuak Tjumano adalah pemerhati masalah Polkam di LSISI, Jakarta. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.