Resensi Buku : Membenahi Kemampuan Analisis Kalangan Intelijen
Judul Buku : Intelligence Analysis : How to think in complex environments
Penulis : Wayne Michael Hall dan Gary Cintrenbaum
Penerbit : Praeger Security International, ABC CLIO, Santa Barbara, California, Denver Colorado dan Oxford England
Tebal buku : 440 halaman termasuk indeks dll
Bahasa : Inggris
Peresensi : Toni Ervianto (alumnus pasca sarjana Universitas Indonesia)
Sesuai dengan judul bukunya, maka isi utama dari buku ini adalah membicarakan tentang macam-macam analisis yang digunakan oleh lembaga atau badan intelijen di hampir semua negara, dimana macam-macam analisis itu antara lain, analisa hubungan (link analysis), analisa kecenderungan (trend analysis), analisa bentuk atau pola (pattern analysis), analisis antisipasi (anticipatory analysis), analisis teknis (technical analysis), analisis anomali (anomaly analysis), analisis budaya (cultural analysis) dan analisis semiotika (semiotics analysis). Sebelum melakukan analisis, maka analis intelijen perlu melakukan decomposition (penguraian) atau memilah informasi mana yang dapat dianalisa dan informasi mana yang tidak dapat dianalisa, karena “tidak semua informasi adalah intelijen, walaupun intelijen itu adalah informasi”.
Dalam kata pengantarnya, Letjen Purn Patrick M Hughes menyatakan, forecasting atau perkiraan adalah pekerjaan yang berbahaya khususnya yang terkait dengan masa depan. Untuk dapat melakukan perkiraan dengan tepat, analis intelijen harus terbiasa dengan berfikir secara kritis atau critical thinking, karena jika berfikir kritis dapat dilakukan dengan baik, maka berpikir kritis adalah sebuah kekuatan. Tetapi, untuk mencapainya, analis intelijen harus sabar dan introspektif. Mereka harus selalu dapat membaca dan mengambil sikap kritis yang konstruktif dan mengembangkan kemampuan kognitifnya. Ini semua adalah pekerjaan kemanusiaan.
Untuk dapat menilai analisa intelijen itu baik atau tidak, maka pendapat singkat Brigjen Purn Wayne Michael Hall yang juga salah seorang penulis buku ini menyatakan “Do not go where the path may lead, go instead where there is no path and leave a trail”. Pernyataan ini jelas syarat dengan filsafat intelijen antara lain intelijen tidak boleh meninggalkan jejak, karena kalau masih meninggalkan jejak yang mudah diikuti oleh lawan, maka sejatinya bukan insan intelijen yang profesional.
Untuk dapat melakukan analisa dengan baik, analis intelijen harus mengetahui semua aspek budaya dimana mereka beroperasi (hal 35), karena budaya adalah salah satu yang diamati intelijen, disamping situasi yang berkembang, teknik, fungsional dan biometrik (hal 38). Untuk dapat melakukan analisa intelijen ke tingkat “advance”, maka diperlukan analis-analis intelijen yang mampu berpikir secara luar biasa dan diluar pemikiran banyak orang, terutama terkait dengan globalisasi, dunia modern, budaya, teori militer, bagaimana mengumpulkan informasi dan menganalisanya (hal 39).
Link analysis terkait dengan pengetahuan yang mendalam tentang hubungan dan keterkaitan antara sejumlah orang dan organisasi, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang hubungan diantara kekuatan koalisi ataupun mitra serta hubungan antara musuh dan lingkaran mereka. Link analysis juga sangat penting untuk memahami keterkaitan beberapa elemen seperti lingkungan, infrastruktur, orang, organisasi dan proses budaya seperti agama (hal 121).
Link analysis memiliki hubungan yang erat dengan analisa kecenderungan, budaya, agregrasi, anomali dan sintesis. Hubungan antara link analysis dengan tendency analysis adalah kecerdasan dalam mengartikan pikiran dan studi tentang kecenderungan umum dari masyarakat, tingkah lakunya dan kegiatan dalam organisasi. Sementara itu, hubungan antara link analysis dengan analisis budaya adalah analisa budaya merupakan pengetahuan tentang budaya umum masyarakat, pola tingkah laku mereka berdasarkan tradisi dan budaya meliputi sikap, tingkat laku, norma sosial dan kondisi-kondisi (hal 127)
Analisis agregrasi diterjemahkan sebagai kecerdasan untuk menerjemahkan beberapa hal, memberikan pengelompokkan, pergerakan, kerja bersama dan hal-hal lainnya yang bersifat menyeluruh. Analisis anomali diterjemahkan sebagai analisis yang menggambarkan apa yang terjadi jika situasi tidak normal (hal 128).
Dalam membuat link analysis ada beberapa pertanyaan kuncinya yaitu apa yang terhubungkan, apa bentuk-bentuk hubungan yang telah ada, apa yang dapat dilakukan dari hubungan tersebut, apa hubungan antara beberapa link dalam membentuk jejaring yang lebih besar, apakah dalam hubungan tersebut ada yang membangkang, apakah hubungan tersebut terkait self cleansing serta bagaimana pandangan musuh terhadap hubungan tersebut (hal 129-130).
Pattern analysis dibentuk berdasarkan pola hubungan tingkah laku manusia dalam kegiatan sehari-harinya, interaksi dan transaksi yang dilakukan, strategi, kemauan dan pembuatan keputusan. Analis harus memahami ada empat jenis bola yaitu teknis, sosial/human, fungsional dan organisasi. Analisis juga harus menyadari bahwa analisis pola/bentuk adalah salah satu bagian terpenting untuk mengantisipasi pergerakan ke depan musuh atau lawan, yang dapat diikuti dari kebiasaannya setiap hari, jalan pikirannya dan tindakan-tindakannya. Analisis pola juga meliputi tingkah laku yang menyimpang dan aktivitas kriminal (hal 139-141).
Analisa kecenderungan memiliki sejumlah subyek yaitu pertama, human/social trends yaitu tentang kegiatan manusia mulai dari rekreasi, bekerja, menikah dan informasi yang berubah. Functional trends yang terkait dengan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh kelompok pemberontak/insurgensi. Ketiga, technical trends terkait dengan aktivitas telpon menelpon, akses dan penggunaan internet, penggunaan listrik, air, mobil dan infrastruktur medis. Keempat, organizational trends terkait dengan jaringan organisasi, output baik yang direncanakan atau tiba-tiba serta untuk mengidentifikasi dan memahami kecenderungan yang tidak nyata (hal 156).
Analisis antisipasi memfokuskan kepada bagaimana cara berpikir musuh, persepsi, energi, kegiatan dan langkah-langkah mereka, juga dalam rangka mengembangkan hipotesis tentang niat musuh, hal-hal yang ingin dicapai, strategi, motivasi, pengambilan keputusan, kemampuan, penciptaan kondisi yang diperlukan dan sejumlah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi keinginannya (hal 167).
Ada beberapa tantangan dalam membuat analisis antisipasi yaitu : pertama, analisis intelijen harus mengetahui dan memahami bagaimana cara musuh berpikir. Kedua, analisis antisipasi harus berani memperjuangkan inisiatifnya berdasarkan pengetahuan yang benar, namun kadang-kadang hal ini juga menimbulkan masalah tersendiri. Ketiga, analis harus mengantisipasi aktivitas-aktivitas musuh dalam sebuah pertanyaan. Keempat, analis antisipasi harus dapat bekerjasama dengan spesialis pengumpul informasi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Kelima, analis juga harus mengerti budaya tempat dimana dia bekerja (hal 181-184).
Tendency analysis akan membantu analis untuk mengetahui langkah-langkah halus, nuansa indikator, tanda-tanda dll dari agenda tersembunyi dari kelompok teroris dan aktivitas potensial mereka. Analisis tendency juga membantu analis mengantisipasi langkah-langkah ke depan musuh, aktivitas dan kegiatannya ( hal 207).
Analisis anomali adalah analisis yang mengkhususkan kepada budaya bertetangga, sehingga anomaly analysis terkait erat dengan cultural analysis yang berisi tentang hal-hal khusus dari tradisi, tingkah laku, norma-norma sosial dan kondisi di tengah masyarakat dan semiotics analysis yang menekankan kepada simbol-simbol budaya seperti lukisan, tanda-tanda, simbol, fotografi, kata-kata, suara, gerak tubuh dan grafiti.
Dalam cultural analysis, maka intelijen juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain, kehidupan bertetangga, aktivitas normal dan tidak normal yang muncul, interaksi diantara penduduk, bagaimana transaksi yang terjadi, bagaimana kegiatan sosial, politik, keagamaan dan kesenangan lainnya yang muncul di tengah masyarakat, aktivitas orang dan organisasi yang ada, bagaimana kehidupan masyarakat terkait dengan perbedaan agama dan pemimpin yang berbeda budaya, bagaimana pakaian penduduk setempat, bagaimana cara mereka berbicara dan bagaimana gestur mereka (hal 243).
Oleh karena tugasnya yang berat, menantang dan beresiko tinggi, maka aparat intelijen yang profesional adalah mereka yang cerdas, fleksibel, dan termasuk “orang-orang yang unik”.