Waspada Kembalinya Kelompok Radikal Kanan

Waspada Kembalinya Kelompok Radikal Kanan

Data BNPT menyatakan bahwa antara tahun 2000-2015 tercatat 996 orang terjaring operasi penegakan hukum oleh Polri dalam kasus terorisme. Dalam operasi penegakan hukum ini 99 orang meninggal di tempat kejadian perkara, 12 tewas sebagai pelaku bom bunuh diri, 3 orang dieksekusi mati. Sebanyak 19 orang masih dalam proses penyidikan, 17 orang dalam proses sidang, dan 787 orang sudah menerima vonis.

Pelaku aksi terorisme yang masih dalam penjara saat ini sejumlah 246 orang, dan tercatat oleh BNPT bahwa 25 orang diantaranya masih berperilaku radikal. Sementara pelaku aksi teror yang sudah bebas sebanyak 541 orang[1].

BNPT menyatakan bahwa saat ini tercatat ada sekitar 500 WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah[2]. Narasi radikal dari ISIS berhasil mempengaruhi para pemuda yang sebagian besar ilmu agamanya belum matang dan mudah goyah dan mudah dipengaruhi.

Jika serangan dari Perancis dan Rusia semakin kuat di Suriah, apa yang akan dilakukan oleh para simpatisan dari Indonesia? Berjuang sampai mati? Atau kembali ke Indonesia? Jika kembali apa yang akan dilakukan? Bagaimana perkiraan gerakan ISIS di Indonesia paska kedua peristiwa tersebut?

Deradikalisasi

Ada beberapa orang pelaku aksi teror yang sukses dalam program deradikalisasi oleh Polri – BNPT. Salah satu pelaku aksi teror yang yang menyesali perbuatannya dan sekarang membantu program pemerintah dalam penanggulangan terorisme adalah Nasir Abbas. Almuni Akademi Militer Afganistan ini bersama Ali Imron (saudara kandung dua gembong teroris yang sudah dipidana mati Ali Ghufron dan Amrozi) kita sudah “kembali ke jalan yang benar” dengan membantu pemerintah untuk kampanye anti kekerasan.

Nasir Abbas yang mengaku ahli dalam senjata pernah menjabat sebagai pimpinan Jamaah Islamiyah Mantiqi III.  Nasir Abbas membuka jaringan JI kepada Polisi karena menganggap bahwa jihad yang dilakukan oleh JI sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan semula.

Deradikalisasi seperti yang dilakukan kepada Ali Imron dan Nasir Abbas adalah suatu program yang mendorong mantan teroris atau pelaku aksi radikal untuk tidak kembali ke jalan kekerasan.

Namun tidak semua teroris yang sudah tertangkap dapat meninggalkan jalan kekerasan. Urwan yang pada tahun 2004 tertangkap, setelah keluar dari penjara dia melakukan peledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton pada 2009 di Jakarta. Lutfi Haidaroh alias Ubaid yang dipenjara pada tahun 2004 kembali berjihad dan ditangkap pada tahun 2010 di Aceh.

Program deradikalisasi yang belum berhasil ini tentu saja membuka peluang kepada sekitar lebih dari 500 orang yang sudah bebas dari penjara untuk kembali membangun sel-sel kelompok radikal dan melakukan aksi radikal kembali,

Kelompok Lama Organisasi Baru

Dalam wawancara dengan Nasir Abbas (7/12/2015) mengatakan bahwa ada banyak kelompok radikal di Indonesia, dan dengan adanya ISIS maka dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk menunjukkan eksistensinya. Nasir Abbas juga menyatakan bahwa pendukung/simpatisan ISIS yang paling kuat di Indonesia sekarang ini adalah Santoso (Mujahidin Indonesia Timur) di Poso. Kekuatan Santoso bisa dibuktikan salah satunya dengan gugurnya prajurit TNI di Operasi Camar-Maleo pada akhir November 2015.

Paska tertangkapnya Abu Bakar Ba’asyir struktur kelompok radikal kanan mulai lemah. Gerakan kelompok ini cenderung sporadis dan hanya dalam skala kecil. Berbanding terbalik dengan tindakan pemerintah yang semakin intens melalui BNPT dan Densus-88/AT Polri.

Kelompok radikal kanan yang paling eksis saat ini adalah kelompok Santoso di Poso. Pemerintah melalui Operasi Camar-Maleo melakukan operasi penyisiran dan penangkapan kelompok radikal kanan di Poso.

Dengan terceraiberainya anggota kelompok radikal kanan maka organisasi termasuk pendanaan yang dahulu disokong oleh Al Qaeda menjadi melemah dan nyaris hilang. Untuk tetap menunjukkan eksistensinya maka kelompok-kelompok kecil ini mendeklarasikan diri sebagai simpatisan dan pendukung kelompok ISIS di Suriah.

 ISIS di Indonesia

Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bergerak dengan kekejian luar biasa. ISIS berhasil merekrut warga dari banyak negara untuk berjihad di Suriah. Banyak anak muda yang bergabung dengan ISIS, tidak hanya dari negara Asia, tetapi juga dari Australia dan Eropa yang basis masyarakatnya bukan muslim.

Indonesia dengan penduduk muslim yang besar patut waspada dan siaga dengan fenomena ISIS. Rangkaian teror yang dilakukan kelompok radikal kanan selama ini seharusnya sudah cukup menjadi catatan buruk bagi masyarakat Indonesia. Kekerasan yang dilakukan oleh ISIS terhadap oposisi di Suriah menunjukkan bagaimana ISIS mencapai tujuannya secara keji dan tidak manusiawi.

Dari beberapa video yang dirilis oleh ISIS, beberapa warga negara Indonesia sudah terdeteksi bergabung dengan ISIS. Tren relawan yang akan bergabung ke ISIS dengan modus umroh terdeteksi oleh pemerintah. Turki menjadi negara transit para relawan sebelum menyeberang ke Suriah.

Penggalangan ISIS tentu sangat mengkhawatirkan. Hal ini berbahaya, terutama jika para relawan ini kembali ke Indonesia. Arus balik relawan ISIS yang berasal dari Indonesia wajib untuk diwaspadai agar tidak menjadi pendadakan strategis bagi negara.

Dengan perkiraan bahwa ada 500 WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah dan disinyalir sudah terjadi arus balik para simpatisan tersebut ke Indonesia, maka gerakan ISIS di Indonesia patut diwaspadai.

Situasi di Suriah yang mulai digempur oleh Rusia dan Perancis membuat kekuatan ISIS mulai melemah dan mendapatkan musuh yang cukup kuat. Simpatisan ISIS dengan basis non-combatan tentu tidak nyaman dan kemungkinan akan memilih meninggalkan Suriah.

Jika WNI Simpatisan ISIS kembali dari Suriah diperkirakan akan ada dua kelompok besar, yaitu kelompok simpatisan combatan yang diperkirakan akan bergabung dengan Santoso atau kelompok-kelompok radikal kanan lainnya. Dan kelompok non combatan yang akan melakukan soft approach untuk tujuan ideologinya.

Selain simpatisan ISIS yang pulang dari Suriah, di Indonesia terdapat simpatisan ISIS yang eksis di Indonesia. Kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS di Indonesia saat ini maih ada. Selain kelompok Santoso (MIT) maka kelompok radikal afiliasi JAT telah mendklarasikan mendukung ISIS.

Kepala BNPT Komjen Pol Saud Usman Nasution (2/9/2015) mengatakan bahwa pada tanggal 11 Juli 2015 Abu Bakar Ba’asyir telah mengumumkan pernyataan bai’at kepada khilafah islamiyah dan memerintahkan kepada anggota JAT untuk berbai’at serta menyatakan keluar dari NKRI. Bahkan Bau Bakar Ba’asyir menegaskan bahwa yang tidak berbai;at dipersilakan keluar dari JAT.

Selain itu Santoso (MIT ) di Posos dan Sulteng sudah menyatakan bai’at kepada ISIS. Zaenal Anshori Ketua Faksi Jatim dan H Chep Hernawan dari Cianjur Ketua Gerakan Islam Reformis melakukan deklarasi ISIS di Benderan HI 16 Maret 2014. Di Bekasi pada tanggal 22 Juni 2014 terdeteksi sekelompok orang yang melakukan deklarasi ISIS. Di Sukoharjo 15 Juli 2014 deklarasi ISIS dilakukan di Masjid Baitul Makmur.

Pemerintah bersama masyarakat harus mewaspadai aksi-aksi simpatisan ISIS baik yang selaman ini aktif di Indonesia (Santoso Cs) maupun yang pulang dari Suriah. Deteksi dini dan peringatan dini perlu dilakukan agar kelompok simpatisan ISIS ini tidak melakukan tindakan yang merugikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Perkiraan Skenario ISIS di Indonesia

Diperkirakan bahwa WNI simpatisan ISIS di Suriah, combatan dan non-combatan akan berangsur-angsur kembali ke Indonesia, meskipun beberapa simpatisan ada juga yang baru mulai berangkat ke Suriah. Gempuran Paris dan Rusia di Suriah bisa menimbulkan simpati jihad bagi simpatisan di Indonesia dan mendorong hijrah ke Suriah.

WNI Simpatisan ISIS di Suriah yang sedang mengalami kondisi diserang oleh Perancis dan Rusia diperkirakan justru akan kembali ke tanah air mengingat sebagian besar dari mereka bukan orang-orang yang terlatih dengan baik untuk perang. Selain itu ada beberapa WNI yang hijrah ke Suriah dengan motif ekonomi diperkirakan akan kembali ke Indonesia.

Tidak mudah bagi simpatisan ISIS di Suriah untuk kembali ke Indonesia. Pemerintah Indonesia tentu mempunyai sistem dan aparat dengan jaringan international untuk mendeteksi WNI simpatisan ISIS yang bergabung ke Suriah. Untuk mensiasati ini diperkirakan WNI Simpatisan ISIS akan melakukan transit di Malaysia atau Filipina.

Bagi WNI combatan ISIS yang kembali dari Suriah diperkirakan akan bergabung dengan combatan yang tinggal di Indonesia terutama kelompok Santoso. Kemungkinan lain mengingat Poso menjadi titik yang sedang menjadi konsentrasi Operasi Camar-Maleo, maka combatan ISIS akan membuat camp baru untuk sebagai tempat transit sebelum melakukan serangannya. Tempat yang ideal bagi WNI combatan ISIS adalah di Lombok yang dipersiapkan untuk melakukan aksi di Bali, dan Aceh yang disiapkan sebagai camp untuk combatan yang akan melakukan aksi di Jawa.

Simpatisan ISIS yang berada di Indonesia diperkirakan akan menunjukkan eksistensinya dengan aksi-aksi teror dengan memanfaatkan peristiwa natal 2015 dan tahun baru 2016. Lebih berbahaya lagi apabila mantan narapidana kasus terorisme yang sudah bebas (sekitar 500 orang), bergabung dengan simpatisan ISIS yang kembali dari Suriah, tentu ini menjadi suatu kekuatan besar yang perlu diwaspadai.

Deteksi dan Peringatan Dini

Kapolri mengatakan bahwa ISIS sedang mengincar Indonesia, namun sudah lama terendus aparat keamanan. Apalagi menjelang akhir tahun ini, banyak kegiatan seperti menyambut Natal dan tahun baru, tentu sudah diincar para pelaku teror[3]. Kapolri menjelaskan bahwa Hal ini disebabkan masih adanya sel-sel terorisme yang aktif melakukan kegiatan, ditandai dengan tertangkapnya para pelaku terorisme di beberapa wilayah di tanah air

Teroris saat ini sudah terdeteksi masuk di kota pengumpan Jakarta seperti di Bogor. Kapolres Bogor Kota, AKBP Andi Herindra Rahmawan, dalam penguatan Kamtibmas jelang perayaan Natal dan malam Tahun Baru 2016, di Hotel Ririn, Jalan Ciburial Indah, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jumat (27/11/2015) mengatakan bahwa “Ini informasi A-1. Saya minta bapak dan ibu pelaku usaha waspada. Simpul-simpul teroris sudah masuk Kota Bogor,”[4].

Selain itu Herindra menjelaskan bahwa bahwa target kelompok teroris adalah hotel, mal, terminal dan tempat-tempat keramaian. Sedangkan objek sasaran adalah polisi, TNI dan PNS serta pejabat. “Bogor menjadi kantong teroris. Kasat Intel dan semua Kapolsek sudah saya perintahkan untuk mendata penghuni apartemen, hotel dan kontrakan,” ungkapnya.

Selain dari Polri, BIN juga menyatakan bahwa ada potensi teror pada Natal 2015 dan tahun  baru 2016 ini. Kepala BIN Sutiyoso mengatakan, masyarakat harus tetap waspada menyusul teror ISIS yang dikabarkan ingin menyerang DKI Jakarta. Sutiyoso menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima ancaman ISIS. Namun demikian, masyarakat tak harus khawatir berlebihan[5].

Beberapa pernyataan pejabat Polri di atas adalah bukti adanya ancaman serius aksi teror oleh ISIS di Indonesia. Meskipun hingga saat ini belum terbukti ada simpatisan ISIS di Indonesia, mengingat Indonesia bukan daerah jihad ISIS melainkan daerah sumber rekrutan bagi ISIS.

Dalam menghadapi ancaman aksi teror dari kelompok radikal ini paling penting bagi pemerintah melakukan deteksi dini melalui aparat intelijen negara, dan memberikan peringatan dini agar dilakukan langkah-langkah persiapan untuk pencegahan, tanggap darurat dan pemulihan jika aksi itu benar-benar terjadi di Indonesia.

Penutup

Nasir Abbas (7/12/2015) mantan Panglima Mantiqi III Jemaah Islamiyah mengatakan bahwa ISIS di Indonesia didominasi oleh kelompok Santoso, dan Santoso sampai sekarang masih belum bisa tertangkap. Operasi Camar-Maleo yang sekarang sedang melakukan operasi di Poso masih belum bisa melumpuhkan Santoso.

Indonesia patut waspada dan siaga terhadap ancaman aksi teror dari simpatisan ISIS, dan kelompok radikal lainnya. Deteksi dan peringatan dini dari aparat pemerintah saja tidak cukup. Perlu adanya kerjasama dengan masyarakat luas untuk ikut peduli dan melakukan deteksi dini di wilayahnya masing-masing.

Peran masyarakat juga penting untuk menangkal narasi radikal yang beredar di dunia maya dan secara viral langsung antar orang. Dengan prinsip hidup damai dan saling menghargai perbedaan maka faham radikal akan terbendung dengan sendirinya.

Ancaman ISIS di Indonesia tidak akan terjadi jika aparat dan masyarakat saling bekerja sama secara terpadu untuk mencegahnya. ***

 

 

[1] Data dari Kepala BNPT Komjen Saud Usman Nasition pada tanggal 2 September 2015

[2] http://news.liputan6.com/read/2318131/bnpt-500-wni-tercatat-gabung-isis-di-suriah diakses pada 8 Desember 2015

[3] http://www.jurnalasia.com/2015/12/03/antisipasi-teror/ diakses pada tanggal 9 Desember 2015

 

[4] http://arrahmahnews.com/2015/11/28/waspada-jaringan-teroris-santoso-poso-masuk-bogor/ diakses pada 9 Desember 2015

[5] http://www.sinarharapan.co/news/read/151208110/koordinasi-bnpt-bin-tni-dan-polri-harus-diperkuat diakses pada 9 Desember 2015

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent