BIN Merekrut Ribuan Intel Sebelum Pilkada?

BIN Merekrut Ribuan Intel Sebelum Pilkada?

Setelah dipilih dan dilantik sebagai Kepala Badan Intelijen Negara, Sutiyoso akan merekrut ribuan intel untuk memperkuat BIN. Target perekrutan tersebut akan diselesaikan sebelum Pilkada serentak di akhir tahun ini. Alasan Sutiyoso merekrut ribuan intel untuk BIN adalah masih kurangnya tenaga intelijen, yang saat ini hanya mampu menyediakan satu intel untuk tiga kabupaten, idealnya (minimal) satu kabupaten satu intel. Sutiyoso, seperti dikutip dari beberapa media, juga akan merekrut putra daerah untuk ditempatkan di daerah asal.

Jika dilihat dari kompleksitas, dinamika, dan geografis negara Indonesia memang kekurangan intel. Tugas seorang intelijen negara adalah melakukan deteksi atas ancaman dan memberikan peringatan dini kepada negara. Yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah mungkin merekrut ribuan intel dalam waktu dekat, apalagi dengan target sebelum Pilkada serentak dilaksanakan?

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum ide Kepala BIN ini dilaksanakan. Pertama untuk merekrut anggota BIN yang ditugaskan sebagai agen intelijen di lapangan perlu pendidikan khusus. Agen intelijen membutuhkan kualifikasi tertentu, pertama tentu saja loyalitas kepada negara tidak perlu diragukan, kedua adalah mempunyai kecerdasan yang tinggi, syarat lain seperti mempunyai kepribadian dan postur sesuai dengan kebutuhan intelijen negara, dan syarat-syarat lain yang tidak gampang. Sutiyoso sudah menyatakan akan merekrut intel tersebut dari sumber TNI dan masyarakat umum. Jika sumber tersebut direkrut dari TNI memang akan lebih hemat dan cepat tetapi perlu diperhatikan juga bahwa konsep intelijen di TNI pada umumnya adalah intelijen tempur yang tentu ada perbedaan dengan intelijen negara yang menjadi tugas BIN. Kecuali jika direkrut dari anggota BAIS (Badan Intelijen Strategis TNI) yang tentu saja sudah mempunyai kualifikasi dan menempuh pendidikan intelijen. Tetapi BAIS juga tidak akan dengan mudah melepaskan anggota-anggotanya mengingat BAIS juga mempunyai tugas tersendiri.

BIN sudah mempunyai lembaga pendidikan yang mencetak agen dan analis intelijen, yaitu Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN). Mengandalkan STIN untuk dapat memberikan intel dalam waktu singkat dan dalam jumlah banyak memang agak mustahil.

Lalu bagaimana cara agar mimpi Sutiyoso untuk menambah ribuan anggota intelijen dalam waktu dekat dapat terlaksana? Pertanyaannya apakah benar bahwa masalah BIN dalam memperoleh informasi intelijen adalah kekurangan anggota?

Saat ini tugas intelijen tidak hanya diemban oleh BIN. TNI juga mempunyai tugas intelijen terutama menyangkut fungsi pertahanan yang dikelola oleh BAIS. BAIS bertanggung jawab kepada Panglima TNI. Selain TNI, beberapa lembaga negara juga mempunyai fungsi dan petugas intelijen seperti Polri, Kementrian Luar Negeri, Imigrasi, Kejaksaan dll. Jika menambah ribuan anggota BIN dalam waktu dekat sulit dilakukan kenapa BIN tidak memilih fungsinya sebagai koordinator intelijen negara.

Undang-Undang mengatur fungsi BIN sebagai koordinator Intelijen Negara seperti tertulis pada pasal 28 ayat 2 UU No 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara : Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Intelijen Negara menyelenggarakan fungsi koordinasi Intelijen Negara. Kekuranga anggota intelijen bisa disiasati dengan cara menjalan fungsi koordinator intelijen negara. Fungsi intelijen dari berbagai lembaga negara dapat dileburkan dalam satu sistem oleh BIN (konsep fusi informasi). Jika hal ini dijalankan dengan baik, tentu saja terlebih dahulu melepaskan ego sektoral masing-masing lembaga, BIN akan tertolong untuk mengatasi masalah kekurangan anggota intelijennya.

Ide merekrut putra daerah untuk dijadikan intel di daerahnya masing-masing juga perlu dikaji ulang. Kegiatan dan operasi intelijen biasanya membutuhkan cover atau kedok, jika putra daerah direkrut dan ditugaskan di daerahnya tentu akan kesulitan jika harus menggunakan cover/kedok mengingat dia sudah dikenal asal-asulnya.

Kebutuhan informasi di daerah sebenarnya bisa disiasati membangun jejaring/informan dengan lebih baik, bukan dengan merekrut agen intelijen. Informan bisa diberdayakan dengan lebih fleksibel dan lebih aman, bahkan bisa diberdayakan tanpa dirinya sendiri tahu dijadikan informan. Keunggulan dari intelijen adalah mempunyai jejaring, tentu hal ini harus dilaksanakan para agen intel dilapangan.

Apapun yang akan dilakukan oleh BIN harapannya semoga BIN semakin profesional, mampu memberikan peringatan dan deteksi dini kepada negara atas ancaman yang terjadi. Selamat bekerja dalam senyap, berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki.

 

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent