Quo Vadis Kontraintelijen di Indonesia ?

Quo Vadis Kontraintelijen di Indonesia ?

Selamat datang Bang Yos, selamat memimpin lembaga telik sandi di Indonesia. Tantangan menjadi bos telik sandi tentu sangat besar apalagi mengingat ancaman-ancaman yang akan semakin sulit dibaca dan diantisipasi. Ancaman sudah berubah dari simetris menjadi asimetris. Bang Yos sudah dipilih oleh Presiden tentu dianggap mampu dan kompeten dalam dunia telik sandi.

Ancaman terhadap Indonesia semakin lama semakin komplek, Indonesia terlalu seksi sehingga menjadi perhatian banyak pihak, sumber daya alam yang sangat kaya, keragaman budaya yang unik, tentu menjadi daya tarik tersendiri. Kepentingan pihak lain terhadap Indonesia tidak dengan mudah dibaca, apa sebenarnya, dan tentu ini menjadi catatan tersendiri bagi penyelenggara negeri ini, karena kepentingan dengan mudah bisa menjadi ancaman.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia menjadi mainan intelijen asing. Keberadaan intelijen asing di Indonesia tentu sangat mudah dengan sifat masyarakat yang permisif dengan orang asing. Intelijen asing dengan mudah keluyuran di Indonesia dengan berbagai cover, dan paling gampang adalah menjadi turis. Selain intelijen asing, Indonesia juga menjadi tempat mangkalnya para penjahat dari negara lain, mengingat pengawasan orang asing di Indonesia masih belum memadai, terbukti dengan berbagai peristiwa penangkapan WNA yang telah melakukan kejahatan online dari Indonesia dengan sasaran di negara lain, enak benar mereka.

Intelijen asing dan kejahatan oleh WNA di Indonesia dengan mudah terjadi karena lemahnya kontraintelijen di Indonesia. Tidak perlu banyak debat tentang hal ini, apakah bisa ditunjukkan lembaga kontraintelijen di Indonesia? Di negara lain seperti Inggris dan Amerika lembaga intelijen biasa sejajar dengan lembaga kontra intelijen. Bagaimana Indonesia? Indonesia masih menganut konsep lid-pam-gal, yaitu intelijen yang terdiri dari tiga kegiatan utama, penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan. Banyak pihak menyatakan bahwa penyelidikan dan penggalangan sebenarnya adalah kontraintelijen.

Kontraintelijen sangat penting berdiri sebagai lembaga resmi di Indonesia, hal ini harus mulai dipersiapkan oleh Bang Yos sebagai bos telik sandi. Persoalan regulasi yang terkait dengan UU Intelijen tentu saja bisa direvisi. Fungsi BIN adalah sebagai intelijen negara dan koordinator lembaga inteijen lain tetapi belum terlihat secara struktural dan fungsional kontraintelijen.

Dalam fit and proper test Calon Kepala BIN, Bang Yos lebih fokus pada pengembangan intelijen siber, sebenarnya saya kurang sependapat dengan hal ini. Intelijen siber bisa dikembangkan seiring dengan pengembangan masing-masing fungsi intelijen. Kontraintelijen lebih perlu dibanding intelije siber.

Untuk membentuk lembaga kontraintelijen, maka hal yang paling utama adalah menyiapkan pendidikan kontraintelijen. BIN sudah punya Sekolah Tinggi Intelijen Negara di Sentul, bisa saja disiapkan di STIN S2 Kontraintelijen, atau S1 Kontraintelijen melengkapi jurusan Analis Intelijen dan Agen yang sudah ada. Di Pusdik Intel BAIS Cilendek sudah ada pendidikan/kursus untuk kontraintelijen. Secara teknis menyiapkan pendidikan kontraintelijen tidak ada masalah.

Lembaga Kontraintelijen sangat perlu  di Indonesia, supaya tidak jadi bahan mainan inteijen asing, dan untuk mendukung intelijen yang sedang bekerja supaya tidak dikonter oleh pihak oposisi.

Bag Yos, kapan membentuk lembaga kontraintelijen di Indonesia?

 

 

 

Print Friendly, PDF & Email

Share This:

jurnalintelijen

Subscribe

verba volant scripta manent